PENGERTIAN, SEJARAH, FUNGSI, UNSUR DAN JENIS TARI
Mata Kuliah
: Konsep Dasar Geografi dan Ilmu Ekonomi
Dosen Pengampu : Dra. Sridadi, M.Pd.
Oleh kelompok 1
:
1.
Eko Julianto A1G015005
2.
Irma Nur Anisah A1G015021
3.
Dioka Gustina A1G015029
4.
Weni Zahara A1G015023
5.
Oky Hernawan A1G015045
6.
Ayu Setiari A1G015051
7.
Widya Sari Fatimah A1G015059
8.
Kiki Fitria A1G015069
9.
Dian Rosela Oktriasih A1G015083
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN
ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyususan makalah yang berjudul “SEJARAH, PENGERTIAN,
FUNGSI, UNSUR DAN JENIS TARI”.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk melengkapai salah satu
tugas mata kuliah Seni Tari serta untuk menambah pengetahuan tentang kehidupan
sosial di masyarakat. Atas tersusunnya makalah ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1.
Dosen pengampu mata kuliah Seni Tari Ibu Dwi Anggraini,S,Sn.,M.Pd. yang
telah membimbing penulis dalam menyusun makalah ini.
2.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
serta para pembaca.
Bengkulu, Agustus 2017
Kelompok 1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA
PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR
ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................ 1
C. Tujuan.................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah, Pengertian dan Fungsi Tari.................................................................................... 3
B. Unsur-unsur dan Jenis Tari.................................................................................................. 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................................... 13
B. Saran.................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perjalanan
dan bentuk seni tari di Indonesia sangat terkait dengan perkembangan kehidupan
masyarakatnya, baik ditinjau dari struktur etnik maupun dalam lingkup negara
kesatuan. Jika ditinjau sekilas perkembangan Indonesia sebagai negara kesatuan,
maka perkembangan tersebut tidak terlepas dari latar belakang keadaan
masyarakat Indonesia.
Pada saat
itu, Amerika Serikat dan Eropa secara politis dan ekonomis menguasai seluruh
Asia Tenggara, kecuali Thailand. Menurut Soedarsono (1977), salah seorang
budayawan dan peneliti seni pertunjukan Indonesia, menjelaskan bahwa, “secara
garis besar perkembangan seni pertunjukan Indonesia tradisional sangat
dipengaruhi oleh adanya kontak dengan budaya besar dari luar (asing)”.
Berdasarkan pendapat Soedarsono tersebut, maka perkembangan seni pertunjukan
tradisional Indonesia secara garis besar terbagi atas periode masa pra pengaruh
asing dan masa pengaruh asing. Namun apabila ditinjau dari perkembangan
masyarakat Indonesia hingga saat ini, maka masyarakat sekarang merupakan
masyarakat Indonesia dalam lingkup negara kesatuan. Tentu saja masing-masing
periode telah menampilkan budaya yang berbeda bagi seni pertunjukan, karena
kehidupan kesenian sangat tergantung pada masyarakat pendukungnya.
Tarian
daerah Indonesia dengan beraneka ragam jenis tarian
indonesia seni tari membuat indonesia kaya akan adat kebudayaan kesenian.
Dengan mengenal lebih banyak Tarian adat di seluruh provinsi di indonesia
mudah-mudahan membuat kita lebih mencintai negeri kita ini. Tarian Indonesia
mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya Indonesia.
Terdapat lebih dari 700 suku bangsa di Indonesia: dapat terlihat dari akar
budaya bangsa Austronesia dan Melanesia,
dipengaruhi oleh berbagai budaya dari negeri tetangga di Asia bahkan pengaruh
barat yang diserap melalui kolonialisasi. Setiap suku bangsa di Indonesia
memiliki berbagai tarian khasnya sendiri. Di Indonesia terdapat lebih dari 3000
tarian asli Indonesia. Tradisi kuno tarian dan drama dilestarikan di berbagai
sanggar dan sekolah seni tari yang dilindungi oleh pihak keraton atau
akademi seni yang dijalankan pemerintah.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas,
diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana sejarah seni tari?
2.
Apa saja fungsi dan unsur-unsur dalam
seni tari?
3.
Apa saja jenis-jenis seni tari?
C.
Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan
sejarah seni tari dan pengertiannya
2. Menjelaskan
fungsi dan unsur-unsur dalam seni tari
3. Menjelaskan
jenis-jenis seni tari
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH,
PENGERTIAN DAN FUNGSI TARI
1.
Sejarah
perkembangan tari di Indonesia
Menurut
Sudarsono (Dalam Dedi Rosala. 1999.29) bahwa tari di indonesia dilihat dari
perkembangannya terdiri dari atas tiga
zaman.
a.
Zaman Masyarakat Primitif
Zaman
masyarakat primitive terbagi menjadi 3 zaman batu, perunggu, dan zaman besi. Pada
zaman ini di temukananya beberapa alat instrument
music dari logam seperti nekara tau semacam gendering. Tari tarian pada
zaman primitive upacara upacara yang di anggap sacral selalu mempergunakaan
gerak gerak tari, gerak gerak yang tertuang pada upacar tersebut pada dasarnya
merupakan gerakan spontanitas,
Di
dalam menjalani kehidupan sehari hari seni selalu di butuhkan baik masayarakat
perkotaan atau perdesaan namun perkembangan seni selalu sejalan pada perkebngan
zamannya pada kehidupam masayarakat primitive seni di anggap hal paling penting
sehingga cirri dan seni tersebut bersifat komunal. Beberapa cirri kehidupan
bernmasyarakat pada zaman primitif; (1 hidup cara berkeklompok: 2 sosial dan
teknologi sangat sederhana; 3 tidak mengenal pimpinan secara formal, dan 4 menganut animisme, dinamisme dan
totenisme.)
b.
Zaman Masyarakat Feudal
Pada zaman masyarakat
feudal terbagi menjadi 4 bagian, yaitu :
1)
Zaman
Indonesia hindu
2)
Zaman
Indonesia islam
3)
Zaman
inovasin bangsa barat
4)
Zaman
pergerakan nasional
Pada
zaman masyarakat feodala mulai lahirnya
kerajaan-kerajaan. Seperti zaman sebelumnya corak kehidupan
masyarakat dari berbagai zaman sangat beragam. Hal tersebut sudah barang
tentu menambah khazanah budaya bangsa.
Pada zaman ini perkembangan tari dapat dikatakan lebih maju terutama daerah
yang menjadi pusat kerajaan , seperti,
jawa, bali, dan Sumatra. Di jawa barat
dan Cirebon dan pesisirnya pada zaman
ini menunjukan adanya suatu bentuk kesenian topeng dan wayang. Tarian topeng
sekarang tumbuh dan berkembang di kalangan rakyat perdesaan, seperti Losari,
Kreo, Kalianyar, Slangit, dan lain-lain
Pada
zaman kerajaan terdapat dua kelompok yang sangat kontras, yaitu masyarkat yang
ada di kerajaan dan masyarakat di luar kerajaan. Dari kedua perbedaan kelompom
tersebut secara otomatis membedakan perekonomian kedua kelompok tersebut,
termasuka pertumbuhan dan budayanya.
Menurut Rosala dkk.(1999.32), berdasarkan sejarahnya di Cirebon terdapat
dua bentuk kesenian, yakni topeng Cirebon dan wayang wong. Tari topeng Cirebon
pada umumnya bersifat karakterristik dari pada dramatiknya.
Pada
jaman feudal kesenian yang cukup berkembang di lingkungan bangsawan, yaitu
sebuah tari pergaulan dikalangan para menang yang saat digemari, yaitu dari
tayub (tayuban) yang dilakukan di ruangan tertutup dan tidak dipertunjukan
untuk umum. Tari tayub ini dikuhsuskan bagi penari-penari pria yang disertai
dengan ronggeng atau penari bayaran. Gerak tari tayub angatlah bebas, artinya
tidak mempunyai aturan yang dibakukan.
Sementara
itu, tarian pergaulan yang terdapat di kalangan rakyat biasa diantaranya ketuk
tilu, topeng banjet dan lain sebagainya. Pelaksanaan tari pergaulan ini sangat
berbda dengan tari pergaulan tayuban artinya tarian pergaulan yang terdapat di
kalangan rakyat dapat ditarikan di arena terbuka dan dapat diikuti oleh siapa
saja. (Rosala,19999:34)
Pada
jaman ini pula ,seorang tokoh tari yang bernama R. sambas wirakusuma sekitar
tahun 1926 mendirikan sebuah kursus tari yang diberi nama “Wirahmasari”. Tarian
yang disebar luaskan oleh R. sambas Wirakusumah adalah perpaduan antara tari
topeng dengan tari tayuban yang diberi nama rumpun tari keurseus. Tari-tarian
tersebut adalah tari lenyepan , gawil, kering dua , kering tilu. Gunung sari
dan kastawa.
c.
Zaman Kemerdekaan
Pada
zaman kemerdekaan, cara berpikir bangsa Indonesia mulai berkembang. Termasuk
ilmu-ilmu di bidang seni khusus nya di bidang seni tari. Di zaman ini
bermunculan koreografer koreografer, khususnya di jawa barat. Koreografer R.
Sambas Wirakusuma menyebarkan tari keurseusnya, dan beliau menyusun tari-tari
wayang, yang pola dasarnya berasal dari tari kaurseus. Untuk selanjutnya tari
keurseus wirahma sari berkembang di bandung pada perkumpulan wirahma sari yang dipimpin oleh R. Dandan
Kusuma. Sekitar tahun 70-an muncul tarian yang bernama kreasi baru. Di
antaranya diciptakan oleh gugum gimbira yaitu tari jaipongan dengan motiv gerak
yang hamper sama dengan aslanya. Tari jaipongan adalah salah satu bentuk tari
kreasi baru yang berakarkan pada tari rakyat (khususnya ketuk tilu), topeng dan
pencak silat.
2.
Pengertian Tari
Tari merupakan alat ekspresi atau sarana komunikasi seorang
seniman kepada orang lain (penonton atau penikmat) tari mampu menciptakan
untaian gerak dan dapat membuat penikmatnya ppeka terhadap sesuatu yang ada dan
sekitarnya.
Pengertian
tari menurut para ahli adalah sebagai berikut :
a.
Menurut
Aristoteles, tari adalah suatu gerak ritmis yang dapat menghadirkan karakter
manusia saat mereka bertindak.
b.
Menurut
C. Sachs, tari adalah pelafalan jiwa manusia melalui gerak berirama yang
memiliki nilai estetika.
c.
Menurut
Cooric Hartong, tari adalah gerak-gerak badan yang diberi nuansa ritmis dan
dilakukan dalam suatu ruang.
d.
Menurut
Bagong Sudito, tari adalah suatu seni yang berupa gerak ritmis yang menjadi
alat ekspresi manusia.
e.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, tari adalah gerakan badan (tangan, kaki, kepala
dan sebagainya) yang berirama, biasanya diiringi bunyi-bunyian seperti musik,
gamelan dan sebagainya.
Seni tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang
dinyatakan dengan gerakan gerakan tubuh
manusia. Namun tidak semua gerak dapat dikatakan gerak tari. Gerak berfungsi
sebagai materi pokok tari hanyalah gerakan
gerakan dari tubuh manusia yang telah diolah dari keadaan wanta (mentah
menjadi suatu bnetuk gerak gerak tari yang telah mengalami stilisasi dan
distoksi lahirlah dalam tari yang di sebut gerak murni dan gerak maknawi.
Murni adalah gerak tari yang hasil pengolahan wantah
yang dalam pengungkapanya tifak mempertimbangkan suatu pengertian dari gerak
tersebut yang terpenting adalah faktor nilai dari keindahan gerak tarian nya.
Gerak maknawi dalah gerak wantah yang sudah dimolah
menjadi suatu gerak ntari dari suatu
pengungkapanya mengandung sautu pengertian atau maksud tertentu di samping
tetap menjaga nilai nilai keindahannya. Sebagai contoh tari batik, merak, dan
tari nalayan.
Sebagai contoh :
a.
Tari
batik tari ini menggambarkan orang yang
sedang membantik di samping geraknya yang mempunyai arti tetapi geraknya sangat
menawan dan indah
b.
Tari
merak tari ini mengambarkan seekor burung merak yang mempunyai bulu indah dan
menawan
c.
Tari
nelayan tari yang menggambarkan seorang nelayan yang menagkap ikan di laut.
3.
Fungsi Tari
Menurut Soedarsono (dalam syafi, dkk. 2002:6.6) mengatakan
bahwa: fungsi seni pertunjukkan (seni tari dalam kehidupan manusia secara garis
besar di kelompokkan menjadi 3 yaitu (1 sebagai sarana upacara ritual; 2
sebagai hiburan pribadi; 3 sebagai komponen.)
a.
Tari sebagai Upacara
Ritual
Upacara
merupakan suatu tindakan atau srrangkai tindakan yang di lakukan menurut adata
keiasaan ataun keagamaan yang menandai kesakralan atau kehikamatan suatau
peristiwa. Dilingkungan masyarakat yang masih kental adat istiadatnya seni
pertunjukkan memiliki fungsi ritual. Upacara menjadi bagain penting karena
berfungsi sebagai media pembinaan kehidupan sosial untuk membentuk norma norma
dan nialai nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Beberapa
contoh tari yang berfungsi sebagai upacara ritual dalam masyarakat sebagai
berikut.
1)
Tari
bedaya ketawang di jawa tengah di gunakan sebagai upacara penobatan raja dan
hari ulang tahun raja
2)
Tari
seblang di banyu wangi jawa timur di gunakan sebagai upacara ritual kesuburan
3)
Tari
mapeliang dari Sulawesi sebagai tari upacara kematian
4)
Tari
seru kaju nogawi di daerah timor timur di laksnakan pada acara pembuatan rumah
b.
Tari sebagai Hiburan
Seni
tari sebagai sarana hiburan di gunakan dalam rangka memeriah suasana pesta
pernikahan. Khitanan, sukuran peringatan hari-hari besar nasional dan persemian
persemian gedung. Di bawah ini contoh tari hiburan
1)
Tari
manjau dari tanjung karang-teluk bentung, sebagai tari pergsulan yang
menggambarkan percintaan.
2)
Tari
martomdur dari simalungan Sumatra uatara, tari berpasangan sebagai tari hiburan
muda mudi
3)
Tari
ketuk tilu, bangrang, tayup dari jawa barat sebagai tari pergaulan
4)
Tari
calonara dari bali
5)
Tari
gandrung banyuwangi dari jawa timur
c.
Tari
sebagai Tontonan
Tari
tontonan atau disebut juga tari pertunjukkan pelaksanaan disajikan khusus untuk
dinikmati. Tari yang berfungsi sebagai tontonan dapat diamati pada pertunjukan
tari untuk kemasan pariwisata, untuk penyambutan tamu-tamu penting atau tamu
pejabat, dan untuk festival seni. Pertunjukan tari ynag dipergunakan pada
acara-acara tersebut penggarapannya sudah dikemas dan dipersiapkan menjadi
sebuah tari bentuk yang telah melewati suatu proses penataan, baik gerak
tarinya maupun musik iringannya sesuai dengan kaidah-kaidah artistik.
Sehubungan dengan hal tersebut, prinsip-prinsip artistik dari seni pertunjukkan
seperti irama, keseimbangan, pengulangan, variasi, kontras, transisi, urutan,
klimaks, proporsi, harmoni, dan kesatuan, ditata sedemikian rupa sehingga layak
menjadi sebuah garapan yanng dipertontonkan.
B.
UNSUR-UNSUR
DAN JENIS TARI
1.
Unsur-unsur
Dasar Tari
a.
Gerak
Gerak merupakan medium
utama dalam tari, walaupun secara visual, karya tari selalu ditangkap lewat
visualnya, seperti: gerak, rias, busana, property, dan sebagainya. Gerak
sebagai medium utama menganadung kesan-kesan yang dimaksud, kesan akan bentuk
yang pertama ditangkap oleh penglihatan adalah gerak itu sendiri. Penggunaan
dan kesadaran unsur-unsur gerak untuk pembentukan karya tari diharapkan mampu
mengantarkan proses penggarapan sebuah karya tari yang diminati.
Menurut Syafii, dkk
(2002:6.17), berdasarkan kepada keperluan atau fungsinya, gerak dibedakan
menjadi tiga golongan yaitu: (1) gerak bekerja, (2) gerak bermain, dan (3) gerak
tari.
1) Gerak bekerja
merupakan suatu gerakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup
manusia. Aspek hayatan maupun aspek ungkapan kehidupan jiwa tidak pernah
dipikirkan. Jadi merupakan gerakan manusia yang dilakukan untuk mencapai
keseimbangan hidup dengan berdasarkan pada nilai kesejahteraan material.
2) Gerak bermain merupakan
suatu kegiatan bergerak yang bersifat jasmaniah yang melibatkan sejumlah
pelaku. Mereka yang terlibat dalam peristiwa bermain berusaha menghindarkan
kesan emosional dan lebih menekankan pada kesadaran kebersamaan yang saling
memberikan.
3) Gerak tari lebih
bersifat keluar, terjadi komunikasi antara pribadi yang terlibat. Di dalam
kesenian seorang seniman menciptakan karyanya karena ia menghayati
kebenaran-kebenaran yang tidak dapat diwujudkan dalam keseharian.
Selain
dibedakan atas keperluan dan fungsinya gerak juga dapat dibedakan atas dasar
penyampaian wujud dan maksud yang diketengahkan, diantaranya:
Pertama, adalah
gerak yang diutarakan melalui simbol-simbol maknawi, dalam dunia tari gerak
ynag dibaawakan secara imitatif dan interpretatif melalui simbol-simbol maknawi
disebut gesture.
Kedua, adalah
gerak murni yang lebih mementingkan segi artistik dan tidak menyampaikan pesan
maknawi.
Ketiga,
merupakan gerak penguat ekspresi yang dinamakan baton signal. Gerak ini merupakan penambah atau penguat dalam
mengungkapkan suatu maksud yang disampaikan lewat dialog.
Keempat,
adalah perpindahan tempat.
Menyimak
paparan di atas, yang perlu diperhatikan dalam gerak bukan hanya fungsi dan
keperluannya atau penyampaian wujud dan maksudnya yang diketengahkan, yang
tidak kalah pentingnya juga adalah tiga unsur dalam gerak yang perlu mendapat
perhatian, yaitu:
Volume:
merupakan suatu kesan ruang yang timbul oleh kedudukan anggota tubauh. Garis: terjadi karena posisi anggota
tubuh membentuk kesan-kesan garis dalam satu
Bentuk:
adalah keseluruhan pose gerak pada saat berhenti.
Dalam
uraian mengenai gerak tari dapat disimpulkan bahwa gerak di dalam tari adalah
gerak wantah yang telah diubah menjadi sebi tari ynag indah ynag gerakannya
telah mengalami stilisasi ataupun distorsi dengan memperhatikan tenaga, ruang,
dan waktu.
b.
Tenaga
Dalam
kehidupan kita sehari-hari pasti menggunakan tenaga, setiap kita melakukan
gerak, pasti akan memerlukan tenaga. Baik itu berjalan, makan, ke sekolah,
mandi, dan lain-lain. Demikian juga dalam seni tari tenaga sangat diperlukan.
Karena tanpa tenaga tidak mungkin dapat dihasilkan gerak yang baik. Yang dimaksud
tenaga dalam tari adalah kekuaatan yang akan mewakili, mengendalikan, dan
menghentikan gerak. Perubahan-perubahan yang terjadi oleh penggunaan tenaga
yang berbeda dalam gerak tari, akan membangkitkan atau mempengaruhi penghayatan
terhadap tarian,. Penggunaan tenaga dalam tari meliputi beberapa aspek, yaitu:
1. Intesitas,
berkaitan dengan banyak sedikitnya penggunaan tenaga sehingga menghasilkan
tingkatan ketegangan.
2. Aksen/tekanan,
terjadi apabila perubahan tenaga dilakukan tiba-tiba dan kontras.
3. Kualitas,
adalah efek gerak yang diakibatkan oleh cara penggunaan atau penyaluran tenaga,
mesalnya: gerak mengayun, gerak perkusi, gerak lamban, gerak bergetar, dan
gerak menahan.
c.
Ruang
Ruang
adalah salah satu unsu pokok yang menentukan terwujudnya suatu gerak, karena
setiap gerak yang dibuat memiliki disain ruangan dan berhubungan dengan
benda-benda lain dalam dimensi ruang dan waktu, jadi tidak mungkin gerak lahir
tanpa adanya ruang.maka dari itu, penari dapat bergerak, menari, atau membuat
gerakan-gerakan tari karena adanya ruang.
Ruang
di dalam tari dapat dibedakan dari ruang yang diciptakan oleh penari dan ruang
pentas atau ruang penari melakukan gerak.
1. Ruang yang diciptakan
oleh penari adalah ruang yang langsung
berhubungan dengan penari, yang batas imajinasinya adalah batas yang paling
jauh yang dapat dijangkau oleh tangan dan kaki penari dalam keadaan tidak
berpindah tempat.
2. Ruang atau tempat
penari melakukan gerak adalah wujud ruang
secara nyata, merupakan arena yang dilalui penari saat melakukan gerak.
Tidak boleh dilupakan
juga bahwa dalam ruang, baik itu ruang yang diciptakan oleh penari maupun ruang
tempat menari, meliputi: garis, volume, arah, level, dan fokus.
d.
Waktu
Yang
dimaksud dengan waktu, adalah elemen yang membentuk gerak tari. Selain unsur
tenaga, unsur waktu ini tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya, karena
merupkan suatu struktur yang saling berhubungan, hanya perannya saja yang
berbeda. Elemen waktu berkaitan denganritme tubuh dan ritme lingkungan. Unsur
waktu sangat berkaitan dengan unsur irama yang memberi nafas sehingga unsur
tampak hidup. Gerak yang dilakukan dalam waktu sedang, cepat maupun lambat akan
memberikan daya hidup pada sebuah tarian.
Faktor-faktor
yang sangat penting dalam unsur waktu, adalah :
1. Tempo, berarti kecepatan gerak
tubuh kita, yang dapat dilihat dari perbedaan panjang pendeknya waktu yang
diperlukan
2. Ritme,
dalam gerak tari menunjukkan ukuran waktu dari setiap perubahan detail gerak.
Ritme lebih mengarah kepada ukuran cepat atau lambatnya setiap gerakan yang
dapat diselesaikan oleh penari (Syafi’i 2002:6.20)
Gerakan-gerakan yang dilakukan
penari di atas pentas dapat memberikan kesan berbeda kepada penonton, misalnya
:
1.
Anda
menonton sebuah pertunjukan tari yang selalu dalam tempo dan gerakan-gerakan
cepat , apa yang anda rasakan ? mungkin saja anda atau penonton lain mempunyai
kesan bahwa tarian itu aktif, dinamis
dan tidak membosankan. Tetapi , bisa pula sebaliknya anda atau pula
penonton yang lainnya merasa lelah atau capek karena gerakan tersebut selalu
dilakukan dalam tempo yang cepat
2.
Anda
menonton sebuah pertuunjukan tari yang
selalu dalam tempo dan gerakan-gerakan yang lambat apa yang anda rasakan ?
mungkin anda akan merasa tenang, damai serasa mengalun . Tetapi tidak menutup
kemungkinan penonton lain merasa jenuh karena dengan tempo dan gerakan yang
lambat terus menerus serasa membosankan.
3.
Anda menonton sebuah pertunjukan tari dengan
gerakan dan tempo yang berbeda. Suatu saat gerakannya sangat cepat dan mengalun
, saat berikutnya cepat dan mengentak apa yang anda rasakan ? mungkin anda suatu saat terbuai dengan alunan yang
lembut dan disaat yang lain anda di ajak untuk terjaga dan bergairah dengan
tempo yang cepat .
C.
Jenis-Jenis Tari
1.
Jenis Tari Berdasarkan
Pola Gerakan
Jenis tari berdasarkan atas pola garapannya dapat
dibagi menjadi :
a. Tari Tradisional, merupakan
tari yang ada sejak zaman nenek moyang dan diwariskan secara turun temurun.
Tari tradisi dibagi menjadi tari tradisi kerakyatan dan klasik.
1) Tari Tradisional Kerakyatan, tumbuh dan berkembang di dalam
lingkungan masyarakat umum atau rakyat biasa. Tari tradisional kerakyatan
biasanya digunakan sebagai tari hiburan, pergaulan, juga sebagai wujud rasa
syukur. Memiliki ciri-ciri bentuk gerak, irama, ekspresi, dan rias busana
yang sederhana serta sering disajikan secara berpasang-pasangan atau kelompok.
Contohnya; tari Jaran Kepang, Kuda Lumping (Jawa), tari Jaipong (Jawa Barat),
tari Banyumasan, tari Payung, Lilin (Sumatera Barat), tari Saman (Aceh), dan
lain-lain.
2) Tari Tradisional Klasik, dikembangkan oleh kaum
bangsawan di istana. Bentuk gerak tarinya baku dan tidak bisa diubah.
Pengembangan tari tradisional klasik lebih sulit karena hanya bisa
dilakukan dalam kelompok bangsawan tersebut. Fungsi tari klasik biasanya
digunakan sebagai sarana upacara kerajaan dan adat. Bentuk gerak, penghayatan,
irama, rias, dan busananya terkesan lebih mewah dan estetis. Contohnya;
tari Topeng Klana (Jawa Barat), tari Beskalan, tari Ngremo (Jawa timur), tari
Bedhaya, tari Serimpi, tari Sawung (Jawa Tengah), tari Pakarena (Sulawesi
Selatan), tari Rejang (Bali).
b. Tari Kreasi, adalah
bentuk gerak tari baru yang dirangkai dari perpaduan gerak tari tradisional
kerakyatan dengan tari tradisional klasik. Gerak tari kreasi berasal dari satu
daerah atau berbagai daerah di Indonesia. Selain bentuk geraknya, rias, busanan
dan irama iringannya juga merupakan hasil modifikasi tari tradisi. Bentuk gerak
tari baru misalnya operet (mempertegas lagu dan cerita), pantomim (gerak
patah-patah penuh tebakan), dan kontemporer (gerak ekspresif spontan, terlihat
tak beraturan tapi terkonsep). Contohnya; tari Tenun, tari Wiranata, tari Panji
Semirang (Bali), tari Kijang, tari Angsa, tari Kupu-Kupu, tari Merak (Jawa),
tari Lebonna, tari Bosara (Sulawesi Selatan), dan lain-lain.
2.
Jenis Tari Berdasarkan
Koreografi
Jenis tari berdasarkan koreografi dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu :
a. Tari tunggal, merupakan
bentuk tari yang ditarikan secara individu/ sendiri, baik perempuan atau
laki-laki. Penari memiliki tanggung jawab pribadi untuk menghapal gerak dan
formasi dari awal sampai akhir pementasan. Tari tunggal biasanya memiliki alur
cerita atau penokohan yang mengambil tema seperti kepahlawanan atau
percintaan. Contohnya; tari Panji Semirang (Bali), tari Topeng (Jawa Barat),
tari Golek (Jawa Tengah).
b. Tari
Berpasangan, bisa dilakukan oleh penari laki-laki dan
perempuan, sesama laki-laki, atau sesama perempuan. Penari harus memperhatikan
keselarasan geraknya dengan gerak pasangannya. Mereka harus saling mengisi dan
melengkapi, juga melakukan respons dan kerja sama. Contohnya; tari Gale-Gale
(Papua), tari Payung (Melayu), tari Cokek (Jakarta), tari Piso Surit (Batak),
dan lain-lain.
c. Tari
kelompok, adalah bentuk tarian yang ditarikan oleh tiga orang
atau lebih. Tari jenis ini memerlukan kerjasama yang lebih baik lagi.
Keselarasan gerak dan permainan komposisi sangat menentukan. Untuk
pergelaran sendra tari atau drama tari penari harus dapat diajak kerja kelompok
berdasarkan alur cerita atau keterkaitan para pemeran tokohnya. Contohnya;
tari Bedhaya Ketawang (6
orang, Surakarta, Jawa Tengah), tari Bedhaya Semang (6 orang, Yogyakarta), tari
Lawung (4 orang, Jawa Tengah), tari Kecak, tari Janger (Bali).
3.
Jenis Tari Berdasarkan
Tema
Jenis tari berdasarkan temanya dibedakan menjadi
dua yaitu :
a. Tari
dramatik
, adalah tari yang dalam pengungkapannya
menggunakan cerita ,tari dramatik bisa dilakukan oleh seorang penari atau lebih
dan atau banyak orang. Tari dramatik di Indonesia pada umunya berbentuk drama
tari yang berdialog maupun yang berdialog. Drama tari yang berdialog ada 2
macam yakni drama tari yang berdialog
puisi atau tembang dan drama tari yang berdialog prosa liris.]\
b. Tari
nondramatik, adalah tari yang tidak yang tidak menggunakan cerita ataupun yang
mengandung unsur drama .
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Seni Tari merupakan gerak-gerak ritmis dari anggota tubuh sebagai
ekspresi dan pengungkapan perasaan dari si penari yang diikuti alunan music
yang fungsinya memperkuat maksud yang ingin disampaikan. Fungsi Seni serta tujuannya bisa dibagi
menjadi ; Fungsi Religi/Keagamaan, Fungsi Pendidikan, Fungsi Komunikasi, Fungsi
Rekreasi/Hiburan, Fungsi Artistik, Fungsi Guna (seni terapan), dan Fungsi
Kesehatan (terapi).
Jenis tari ditinjau
dari bentuk penyajiannya terbagi tiga kelompok, yaitu: Tari Tunggal, Tari
Berpasangan, dan Tari Kelompok/Massal.
B.
Saran
1.
Dengan mengenal lebih banyak Tarian
adat di seluruh provinsi di indonesia mudah-mudahan membuat kita lebih
mencintai negeri kita ini.
2.
Semoga seluruh masyarakat terutama mahasiswa dan kaum muda
dapat terus menjaga dan melestarikan seni tari serta menemukan cara-cara
terbaru untuk mengatasinya agar tarian suatu daerah di Indonesia dapat terjaga
sampai generasi selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sekarningsih,
Frahma dkk.2006.Kajian Lanjutan
Pembelajaran Tari dan Drama I. Bandung:UPIPRESS
Hidayat,
Robby. 2005. Menerobos Pembelajaran Tari Pendidikan. Malang : Banjar Seni
Gantar Gumelar.
Setiawati
Rahmida, 2008 .Seni Tari. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
http://www.softilmu.com/2015/11/Pengertian-Fungsi-Unsur-Konsep-Jenis-Jenis-Seni-Tari-Adalah.html
pada 22 Agustus 2017 pukul 16.08 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar