Kamis, 13 Desember 2018

Part 5 #Saling Tatap, Kemudian Menjadi Dekat


Ada yang datang tiba-tiba
Tanpa niat ingin mengakhiri
Yang aku tahu
Kamu menyukai pelangi layaknya aku mencintai hujan
Kamu menyukai aksara layaknya aku mengagumi kata-kata
Sekarang namamu kian membayang
Baru sekejab kau datang
Aku mau kau jangan hilang
Bagaimana?
Jika ternyata rasaku tak sama
Jika hanya aku yang suka
Kamu tidak
Jika hanya aku yang mau
Kamu tidak
Jangan begitu
Aku tak mau
Aku mau,
kamu
Titik.

Saling Tatap, Kemudian Menjadi Dekat
            Pagi yang tak seperti biasanya, aku mengoleskan sedikit lipgloss di bibirku. Terasa aneh, aku termasuk cewe yang kurang menyukai make up pada waktu itu seperti temanku lainnya. Biasanya, setiap pergi ke sekolah aku hanya menyempatkan memakai baby powder saja.  Entah apa yang membuatku ingin, aku ingin terlihat bebeda.. Tentu karena Gaga, aku ingin terlihat cantik ketika dia melihatku. Ahh seperti anak SMP yang baru pubertas saja.
            Ku awali pagi dengan semangat lebih banyak dari biasanya. Aku merasa malu pada diriku sendiri, seperti lepas kendali. Aku kehilangan kompasku, lalu kemana aku akan berarah? Apa ini yang namanya jatuh cinta lagi? Secepat ini? Aku tidak mengerti, mengapa hanya dia yang akhir-akhir ini kumimpi?
            Aku belum melihat Gaga sejak pagi tadi di sekolah. Mungkin dia sibuk di kelas, atau dia sedang sibuk mengerjakan PR nya, atau dia sudah kenyang jadi tidak perlu ke kantin. Aku mencari Gaga di antara yang ramai di antrean kantin Bude.  Sial aku tidak menemukannya. “Kemana dia? Kenapa tidak ada dimana-mana?” Tanyaku dalam hati.
“Reyna, beli minuman dingin yuk ah, haus banget nih” ajak Gina, teman sebangku ku.
 “Hah, kemana? ke depan sana?” tanyaku.
“Iyalah, kemana lagi. Yukklah!” ajak Gina.
“Oke, sebentar” aku mengambil baby powder dalam tasku, lalu ke usapkan pada wajahku. Siang itu cukup panas, wajahku kusam. Aku akan pergi ke koperasi depan kelas Gaga. Nanti kalau dia melihatku yang kusam, pasti aku malu sekali, pikirku.
“Eh kok tumben sih pakai bedak, biasanya ga pernah” kata Gina.
“Gapapa, kusam banget” jawabku tak ingin membuat Gina curiga.
            Aku berjalan bersama Gina menuju koperasi sekolah. Dari jauh, aku melihatnya di depan pintu kelas. “Keep calm please, jangan grogi” kataku dalam hati. Aku membenarkan jilbabku. Aku berjalan semakin mendekatinya dengan jantung yang semakin tidak karuan ritmenya. Sesekali aku ajak ngobrol Gina untuk menenangkanku. “Dia melihatku tidak ya?” Tanyaku dalam hati. Kutolehkan pandanganku padanya, Tapppppp! Dia melihatku. Aku menunduk malu. Apa yang dia pikirkan tentangku? Bagaimana kalau jilbabku tidak rapi, atau bagaimana kalau bedakku berantakan? Pasti akan ilfeel sekali.
            Malam seperti biasa, aku selalu menunggu pesan dari Gaga. Sekarang, notifikasi pesan dari Gaga menjadi hal yang aku tunggu-tunggu. Aku punya akun Blackberry Masanger, Gaga pun juga. Tapi anehnya, sampai sekarang dia belum juga mengundangku. Bahkan menanyakan PIN ku saja dia tidak pernah. Padahal kan bisa saja kami chat tanpa harus beli pulsa. Huftt!
“Malam Reyna” sapa sebuah nomor baru. Tapi aku tau ini Gaga. Wah sepertinya ada berbeda, kalau biasanya hanya malam saja, sekarang dia sudah berani memberi imbuhan namaku di sana. Wkwk sebentar, kenapa dia mengganti nomornya?
“Malam juga. Gaga ya? Tanyaku percaya diri.
“Iya, aku mengganti nomorku”
“Hah, kenapa?”
“Soal nya kita beda operator, jadi pulsaku cepat habis, hehe”
Aku tertawa sebelum membalas pesannya. Kisit sekali cowo ini, pikirku.
“Iya deh, ga main futsal?”
“Enggak, lagi libur. Tadi aku lihat kamu di sekolah”
“Oh ya” aku pura pura tidak tahu.
“Kenapa ga nyapa?”
“Maaf, ga lihat sih.”
Percakapan berlanjut menjadi panjang…
            Malam itu menjadi malam terpanjang percakapanku dengan Gaga. Aku baru menyadari, mengapa selama ini Gaga tidak pernah memanjangkan percakapan denganku, ternyata karena operator nomor ponsel kami berbeda. Biaya untuk SMS mahal, pulsanya menjadi cepat habis. HEHE Sekarang buktinya, setelah dia menganti nomor yang sama operatornya, aku bisa merasakan percakapan yang panjang. Tapi kenapa sampai dia rela mengganti nomornya? Jangan jangan….. ah aku tersenyum sendiri membayangkannya.
            Semua memang terasa berubah. Pesan Gaga yang biasanya dia kirimkan setiap malam, sekarang tidak lagi. Maksudku, tidak menjadi lama lagi. Pagi yang sekarang Gaga sudah berani mengirim pesan selamat pagi. Begitupun dia memberi kata-kata semangat untuk sekolahku hari ini. Setiap pagi yang biasanya aku hanya sekedarnya saja, sekarang menjadi aku yang lama di depan kaca.
            Hari ini jadwal olahraga kelas Gaga. Aku melihatnya dari kejauhan, sedang bermain futsal bersama teman lainnya. Bahkan saat panas terik dan tubuh dipenuhi keringatpun, dia masih terlihat menawan. Sungguh, kali ini aku benar-benar kecanduan ingin memperhatikannya. Aku masih belum memalingkan pandanganku darinya. Aku berharap dia menoleh ke arahku, sebentar saja. “Ayo lah, lihat aku. Please, lihat ke arahkus sebentar saja” Gumamku dalam hati. 1,2,3…
Gaga menoleh ke arahku. Aku masih memandanginya. Jantungku berdebar menatapnya dari kejauhan. Aku masih menatapnya, lalu kuberanikan melempar senyum kecil padanya. Dia tersenyum padaku. Apakah aku benar-benar sedang tidak bermimpi?  Malam berlanjut, setelah percakapan yang panjang, Gaga izin main futsal padaku.
“Aku main dulu ya” katanya seperti malam-malam biasa
“Iya semangat. Hati-hati mainnya, jangan kecapekan” jawabku sedikit perhatian pada Gaga. Aku tau pasti dia akan tersenyum membaca pesanku. Malu, jelas. Tapi aku sudah tidak perduli. Begini ternyata rasanya jatuh hati.
“Iya, terimakasih Reyna” balasnya.
Malam itu aku tidak menunggu Gaga pulang. Mataku sudah terlalu berat dan ingin tidur. Aku tidak mendengar Gaga mengirim pesan “Sudah tidur ya?” dan “Goodnight” yang tidak sempat kubalas. Aku terlalu mengantuk. Kita bertemu dalam mimpi saja yaa.

Bersambung…..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar