Jumat, 07 Desember 2018

Part 3 #Jangan Jatuh Cinta


Jantung,
Mengapa tak mendusta
Sebentar saja kau jangan berdegup
Aku bingung
Mendefinisikan ini dengan ilusi ku saja
Benarkah ada yang berbeda
Atau aku hanya sedang berangan?
Mengapa?
Kamu biasa saja
Tapi aku sedang berbohong
Kamu berbeda
Tapi aku tak ingin mengakuinya
Lalu apa,
Apa artinya kau menatapku dalam
Getaran jiwaku semakin kencang
Kerap membuatku tersipu
Malu
Tapi aku suka
Aku mau

Jangan Jatuh Cinta
Sejak kemarin, aku semakin tidak karuan. Sebenarnya ada apa dengan hati ini. Mengingatnya saja aku bisa tersenyum sendiri seperti orang gila. Memangnya dia siapa? Biasa saja. Aku harus menganggapnya biasa saja. Walau harus kuakui dia berbeda. Dia berbeda. Pokoknya berbeda saja. Kuyakinkan pada hati, aku tak boleh jatuh cinta lebih dulu. Aku harus membuatnya takluk sebelum aku yang tunduk. Tapi bagaimana? Berbicara dengannya saja aku hampir tidak pernah. Aku hanya bisa memandanginya jauh dari gerbang sekolah setiap pulang dan datang.
Dari dulu, Gaga memang terkenal dingin. Entah dingin karena kebanyakan makan batu es, atau dingin karena sering main hujan aku juga tidak tahu. Yang jelas, Gaga memang seperti itu dari lahirnya. Menurut informasi yang aku cari selama ini secara intensif dan rahasia, ada beberapa cewek yang naksir Gaga. But, karena ga ada respon sama sekali dari Gaga sampe si cewe jatuh bangun buat dapetin hatinya dan berakhir nyerah. Sampai sekarangpun, kabarnya Gaga sedang dekat dengan beberapa cewe di sekolah.
Hari-hariku biasa saja, tidak terlalu berharap dan tidak juga terlalu pasrah. Aku masih diam-diam mengecek dinding facebook Gaga. Aku juga masih sering pandangin Gaga dari kejauhan saat jam dia olahraga. Aku tidak tau, yang awalnya aku kurang respect dengan cowo songong yang sombong itu, sekarang aku jadi benar-benar penasaran dengannya. Aku bukan sedang jatuh cinta, tapi sepertinya ini proses mendekati jatuh deh. Aduhhh, aku harus bagaimana?
Aku, masih dikenal sebagai cewe yang galau akibat patah hati beberapa bulan yang lalu. Iya, aku pernah gagal dalam menjalin kasih dengan cowo yang usianya lebih muda dariku. Sungguh tidak enak, ditinggalkan saat sedang sayang-sayangnya, hehe. Itu dulu. Sekarang, aku dapat berpikir realistis bahwa ga ada gunanya meratapi perpisahan dengan orang yang sudah jelas tidak pernah menginginkan kehadiran kita dalam hidupnya. Betul tidak?
Aku tinggal bersama Fini dan Hena di sebuah rumah kost yang cukup jauh dari sekolah. Siang itu, tidak ada angin tidak ada hujan.
“Assalamualaikum” sapa tamu di luar kost ku.
“Waalaikumussalam” jawabku. Seketika itu juga aku membuka pintu. Aku tercengang, tidak tau harus berbuat apa. Ini benar bukan mimpi? Gaga datang buat apa? Senang, bercampur grogi. Tapi aku berpura-pura biasa saja.
“Ada apa?” tanyaku singkat.
“Fini ada?” jawabnya singkat juga.
“Sebentar aku panggil” jawabku sambil berjalan memanggil Fini. Fini adalah teman kamas kostku, yang kebetulan dia juga tetangga dan teman kecil Gaga. Aku baru tau, Gaga datang pasti untuk mencari Fini. Gaga datang bersama rekannya, Edo. Aku tidak keluar, aku hanya mendengar percakapan mereka dari dalam kamar. Malu, iya aku malu. Entah apa yang membuatku malu, malu saja gitu.
Hari yang terik, saat itu aku ingat Gaga datang menggunakan baju pramuka sepulang sekolah. Karena cuaca yang cukup panas, pop ice sepertinya terlalu enak kalau hanya dibayangkan. Aku dan Hena memutuskan untuk membeli minuman di tempat biasa. Ketika itu, aku memang membeli banyak minuman untuk mencuri perhatian Gaga.
“Mau pop ice?” kataku sambil menyodorkan dua gelas pop ice pada Gaga.
“Oh iya, terimakasih” jawabnya singkat.
Aku tidak berharap banyak, aku hanya ingin Gaga tau kalau aku adalah cewe yang cukup care. Bukan hanya pada Gaga, tapi aku merasa memang aku begitu. Aku senang, meski hanya singkat responnya, cukup membuatku tersenyum malu.
            Suatu malam, malam minggu. Seperti rutinintas manusia berkekasih lainnya, malam minggu adalah malam untuk bertemu dan berkencan. Hena kedatangan kekasihnya, Aldo. Kami bergurau bersama malam itu. Karena Hena masih menganggap aku patah hati dan galau, Hena menceritakan kisahku pada Aldo. Puas sekali mereka menertawakanku malam itu. Entah apa yang ada di benak Hena, tiba-tiba dia berkata:
“Kenapa kamu ga deketin Gaga aja Ren?” katanya padaku. Seketika juga aku terkejut, mengapa Hena berbicara seperti itu? Apa Hena tau selama ini diam-diam aku memperhatikan Gaga.
“Ah, apaan sih. Gaga itu pendiam, dingin, orang nya juga highclass. Mana mau dia sama aku, ngaco deh.” Jawabku sambil tertawa.
“Kalau ga dicoba, mana tau” Jawab Hena. Hena dan Aldo kemudian berencana untuk mendekatkan aku dengan Gaga.
“Kamu suka sama Gaga?” Tanya Aldo. “Kalau kamu suka, nanti aku salamin deh, kita bakal comblangin kok” sambungnya.
Aku masih belum paham, aku harus jawab apa nih? Jujur, ah aku malu. Tapi aku ingin lebih dekat dengan Gaga. Apa mungkin? Kataku dalam hati. Sampai akhirnya kuberanikan menjawab pertanyaan Aldo.
“Ya kalau Gaga nya mau, hehe” jawabku sambil tertawa malu.
“Aman deh, ntar aku salamin sama Gaga” kata Aldo.
“Eitsss, bentar dulu, tapi jangan bilang aku nitip salam yaa. Malu begok” kataku lagi.
Hena dan Aldo tertawa puas.
            Beberapa malam berlalu, malam itu cukup dingin. Mataku sudah lelah sejak pagi berhadapan dengan monitor laptop. Aku merebahkkan badanku di atas kasur, menarik selimut, lalu merangkul guling kesayanganku. Menjelang tidur, aku selalu memainkan handphone ku. Krikkkkk, bunyi nada dering SMS ku. Aku lihat jam pukul 20.03 WIB. Sudah malam, siapa yang mengirim pesan padaku malam begini, pikirku. Dengan mata setengan ngantuk, aku membuka ponselku dan melihat pesan masuk.
“Malam..” sapa nomor yang belum aku kenal itu.
“Ini siapa?” balasku singkat. Sebenarnya aku benci dengan nomor-nomor seperti ini.
“Gaga” balasnya.
Sontak aku terkejut dan tidak percaya kalau nomor itu adalah Gaga, karena seperti tidak mungkin saja orang semacam Gaga nurunin gengsi untuk ngirim pesan ke cewek.
“Gaga?” tanyaku tidak percaya. Malam itu juga, aku menghubungi Aldo untuk menanyakan kebenaran nomor Gaga.
“Muhammad Dirgantara” balasnya.
“Beneran?” tanyaku masih tidak percaya. Setelah akhirnya Aldo membenarkan nomor itu benar Gaga. Aduhhh, aku harus bagaimana? Aku sudah tidak karuan malam itu. Jantungku seperti tertimpa batu 1 ton, berat dan tidak karuan.
“Iya. Lagi apa?” balasnya lagi. OMG! Aku masih tidak percaya ini Gaga yang selama ini aku kenal diam, songong dan sombong. Bisa juga seperti ini? Hihi aku setengah mati bahagia.
“Lagi tiduran nih, kamu?"
“Lagi mau main futsal, aku main dulu ya”
“Oh, okay. Semangat”
Pesan singkatku bersama Gaga sekaligus percakapan pertama via SMS itu mengantarku pada mimpi yang indah malam itu. Tidak dapat aku tutupi, aku senang. Apakah kali ini aku sudah jatuh cinta? Jangan… maksudku, jangan dulu. Belum saatnya Reina. Ini baru awal, kamu nikmati saja dulu. Kataku meyakinkan hatiku sendiri.
Malam yang indah, “Goodnight ga..”

bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar