PENILAIAN
PUISI DAN PANTUN
Mata
Kuliah : Konsep Dasar Sastra
Indonesia
Dosen Pengampu : Dr. Daimun Hambali, M.Pd.
Oleh kelompok 6 :
1.
Ria
Gustini A1G015007
2.
Irma
Nur Anisah A1G015021
3.
Wiwit
Trira Rizki A1G015075
4.
Reza
Meta Nela A1G015085
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU
PENDIDIKAN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2017
Puji syukur penulis
ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyususan makalah yang berjudul “Faktor Penghambat Seseorang Kurang Cerdas
Emosional dan Sosial”.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk melengkapai salah
satu tugas mata kuliah Pengembangan Kecerdasan Emosional dan Sosial Anak serta
untuk menambah pengetahuan tentang berbagai kecerdasan yang dimiliki anak. Atas
tersusunnya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Kecerdasan Emosional
dan Sosial Anak Bapak Dr. Daimun
Hambali, M.Pd. yang telah membimbing
penulis dalam menyusun makalah ini.
2.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
serta para pembaca.
Bengkulu, November 2017
Kelompok 6
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA
PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang................................................................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah........................................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Faktor
Penyebab Seseorang Kurang Cerdas Emosional................................................. 3
B. Faktor
Penyebab Seseorang Kurang Cerdas Sosial........................................................ 5
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 8
B. Saran............................................................................................................................... 8
DATAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kecerdasan
atau intelejensi seseorang dibawa dari pertama kali ia dilahirkan. Akan tetapi
perkembangan kecerdasan atau intelegensi itu didapatkan seseorang seiring
perkembangannya dalam kehidupan.
Menurut
Piaget perkembangan intelegensi atau kecerdasan anak itu terbagi menjadi empat
tahap, yaitu tahap sensori motorik antara umur 0-2 tahun, tahap praoperasional
(2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-12 tahun), dan tahap operasional
formal (12 tahun-seterusnya). Menurut piaget apabila satu tahap saja tidak
dilalui oleh seorang anak, maka itu akan berakibat pada kecerdasan anak itu
sendiri.
Intelegensi
sangat penting bagi kehidupan seseorang, karena tanpa intelegensi tersebut,
seseorang tidak akan mampu untuk membedakan sesuatu, baik itu hal yang nyata
ataupun hal yang tidak nyata. Jika kita membicarakan intelegensi maka tidak
terlepas dari proses pembelajaran. Karena intelejensi itu berkembang dan
didapatkan melalui proses pembelajaran. Jika intelegensi itu tidak diasah maka
intelegensi itu tidak akan berkembang dan tidak akan ada perubahan.
Adapun
Kecerdasan sosial tidak kalah penting dibandingkan dengan kecerdasan
intelektual dll. Banyak para orangtua yang sangat senang apabila anaknya
mendapat nilai yang selalu bagus di sekolahnya. Hal tersebut memang benar,
namun tidak seutuhnya benar. Sebab menurut penelitian yang dilakukan oleh
Daniel Goleman (1995 dan 1998) menunjukkan bahwa kecerdasan sosial, emosional,
dan spiritual memberikan kontribusi sebesar 80% terhadap tingkat kesuksesan
seseorang, sedangkan kecerdasan intelektual hanya memberikan kontribusi
sebesar 20%.
Seseorang
yang memiliki tingkat kecerdasan sosial yang tinggi, cenderung akan lebih mudah
beradaptasi dan pandai berkomunikasi, sehingga akan memiliki banyak teman dan
dia akan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Kemampuan seperti itu
lah yang dibutuhkan untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada pada zaman
sekarang ini.
Berdasarkan
uraian diatas, dalam makalah ini penulis akan membahas lebih lanjut mengenai faktor
penyebab seseorang kurang cerdas emosional dan sosial.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa
saja faktor penyebab seseorang kurang cerdas emosional?
2.
Apa
saja faktor penyebab seseorang kurang cerdas sosial?
C.
Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Menjelaskan
faktor penyebab seseorang kurang cerdas emosional
2.
Menjelaskan
faktor penyebab seseorang kurang cerdas emosional
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Faktor Penyebab Seseorang Kurang Cerdas
Emosional
Beberapa
ahli psikologi menyebutkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kematangan emosi seseorang (Astuti, 2005), yaitu:
1.
Pola asuh
orangtua.
Pola asuh
orang tua terhadap anak bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang
dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja, sehingga ada yang bersifat
otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga dengan penuh cinta
kasih. Perbedaan pola asuh dari orang tua seperti ini dapat berpengaruh
terhadap perbedaan perkembangan emosi peserta didik.
Keluarga
merupakan lembaga pertama dan utama dalam kehidupan anak, tempat belajar dan
menyatakan diri sebagai mahluk sosial, karena keluarga merupakan kelompok
sosial yang pertama tempat anak dapat berinteraksi. Dari pengalamannya
berinteraksi di dalam keluarga ini akan menentukan pula pola perilaku anak
tehadap orang lain dalam lingkungannya. Dalam pembentukan kepribadian seorang
anak, keluarga mempunyai pengaruh yang besar. Banyak faktor dalam keluarga yang
ikut berpengaruh dalam perkembangan kepribadian seorang anak, salah satu faktor
tersebut adalah pola asuh orangtua (Tarmudji, 2001). Pengasuhan ini berarti
orangtua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak sesuai
dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat (Tarmudji, 2001). Dimana suatu
tugas tersebut berkaitan dengan mengarahkan anak menjadi mandiri di masa
dewasanya baik secara fisik maupun psikologis (Andayani dan Koentjoro, 2004).
Menurut
Goleman (2002) cara orang tua memperlakukan anak-anaknya akan memberikan akibat
yang mendalam dan permanen pada kehidupan anak. Goleman (2002) juga menemukan
bahwa pasangan yang secara emosional lebih terampil merupakan pasangan yang
paling berhasil dalam membantu anak-anak mereka mengalami perubahan emosi.
Pendidikan emosi ini dimulai pada saat-saat paling awal dalam rentang kehidupan
manusia, yaitu pada masa bayi.
Idealnya
orangtua akan mengambil bagian dalam pendewasaan anak-anak karena dari kedua
orangtua anak akan belajar mandiri melalui proses belajar sosial dengan
modelling (Andayani dan Koentjoro, 2004)2. Pengalaman traumatik.
Kejadian-kejadian traumatis masa lalu dapat mempengaruhi perkembangan emosi
seseorang, dampaknya jejak rasa takut dan sikap terlalu waspada yang ditimbulkan
dapat berlangsung seumur hidup. Kejadian-kejadian traumatis tersebut dapat
bersumber dari lingkungan keluarga ataupun lingkungan di luar keluarga (Astuti,
2005).
2.
Temperamen.
Temperamen
dapat didefinisikan sebagai suasana hati yang mencirikan kehidupan emosional
kita. Hingga tahap tertentu masing- masing individu memiliki kisaran emosi
sendiri-sendiri, temperamen merupakan bawaan sejak lahir, dan merupakan bagian
dari genetik yang mempunyai kekuatan hebat dalam rentang kehidupan manusia
(Astuti, 2005).
3.
Usia Perkembangan
kematangan emosi yang dimiliki seseorang sejalan dengan pertambahan usianya.
Hal ini
dikarenakan kematangan emosi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan
kematangan fisiologis seseorang. Ketika usia semakin tua, kadar hormonal dalam
tubuh turut berkurang, sehingga mengakibatkan penurunan pengaruhnya terhadap
kondisi emosi (Moloney, dalam Puspitasari Nuryoto 2001). Namun demikian, dalam
hal ini tidak menutup kemungkinan seseorang yang sudah tua, kondisi emosinya
masih seperti orang muda yang cenderung meledak- ledak. Hal tersebut dapat
diakibatkan karena adanya kelainan- kelainan di dalam tubuhnya, khususnya
kelainan anggota fisik. Kelainan yang tersebut dapat terjadi akibat dari
pengaruh makanan yang banyak merangsang terbentuknya kadar hormonal.
4.
Perubahan
jasmani.
Perubahan
jasmani ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota
tubuh. Pada taraf permulaan petumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian
tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidak
seimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tidak terduga pada
perkembangan emosi peserta didik. Tidak setiap peserta didik dapat menerima
perubahan kondisi tubuh seperti ini, lebih-lebih perubahan tersebut menyangkut
perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat. Hormone-hormon tertentu
mulai berfungsi sejalan dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat
menyebabkan rangsangan di dalam tubuh peserta didik dan seringkali menimbulkan
masalah dalam perkembangan emosinya.
5.
Perubahan
Interaksi dengan Teman Sebaya.
Peserta
didik sering kali membangun interaksi sesame teman sebayanya secara khas dengan
cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk emacam geng.
Interaksi antar anggotanya dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens
serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Fakor yang
sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini adalah hubungan cinta dengan
teman lawan jenis. Gejala ini sebenarnya sehat bagi peserta didik, tetapi tidak
jarang menimbulkan konflik atau gangguan emosi pada mereka jika tidak diikuti
dengan bimbingan dari orang tua atau orang yang lebih dewasa.
6.
Perubahan
Pandangan Luar.
Ada sejumlah perubahan pandangan
dunia luar yang dapat menyebabkan konflik konflik emosional dalam diri peserta
didik, yaitu:
a.
Sikap dunia luar terhadap peserta
didik sering tidak konsisten
b.
Dunia luar atau masyarakat masih
menerapkan nilai-nilai yang berbeda
untukpeserta didik laki-laki dan
perempuan.
c.
Seringkali kekosongan peserta didik
dimamfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab.
7.
Perubahan
Interaksi dengan Sekolah.
Sekolah
merupakan tempat pendidikan yang sangat diidealkan oleh pererta didik. Para
guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain
tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta
didiknya. Oleh karena itu tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh,
bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru disini
amat strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui
penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif.
B.
Faktor Penyebab Seseorang Kurang Cerdas Sosial
Beberapa
faktor penyebab seseorang kurang cerdas sosial sehingga dapat menyebabkan
penyimpangan sosial adalah sebagai berikut :
1.
Kesenjangan
Sosial
Perbedaan
status yang mengarah pada kesenjangan sosial, terutama antara orang kaya dengan
orang miskin yang sangat mencolok, dapat menimbulkan rasa iri dan dengki
sehingga terjadi tindak pencurian, pembunuhan, dan saling ejek.
2.
Nilai dan
Norma yang Terlalu Longgar
Seharusnya
para perilaku menyimpang haruslah dibina. Namun ada beberapa masyarakat yang
membiarkan begitu saja perilaku menyimpang itu terjadi. Mungkin karena
masyarakat terlalu sibuk dengan rutinitas atau sudah lelah membina pelaku
perilaku menyimpang tersebut. Sehingga dia semakin menyimpang dari masyarakat.
3.
Lingkungan
Pergaulan
Pergaulan secara tidak langsung
sangat mempengaruhi perilaku seseorang. Jika tanpa pengetahuan dan kesadaran
yang cukup, seseorang mudah terpengaruh oleh kelompok pergaulannya yang kerap
kali menyimpang. Akibatnya ia juga ikut berbuat perilaku yang menyimpang.
4.
Ketidakpuasan
Ada beberapa
individu atau kelompok yang merasa tidak puas dengan kondisi masyarakat saat
ini. Sehingga mereka perlu melakukan perubahan walaupun yang mereka lakukan itu
menyimpang dari norma masyarakat tersebut. Misalnya ada satu kelompok
masyarakat ya ng anti terhadap pendidikan dan menganggap semua orang yang
mengikuti pendidikan adalah orang yang menyimpang.
5.
Ketidaksanggupan Menyerap Norma-Norma
Orang yang tidak sanggup menyerap
norma-norma yang ada di dalam masyarakat akan tidak mampu membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk menurut masyarakat. Hal tersebut terjadi akibat proses
sosialisasi yang tidak sempurna atau terjadi keretakan dalam keluarga.
6.
Keluarga
Keluarga
yang tidak mampu membahagiakan anaknya juga dapat membuat anak tersebut
mengalami penyimpangan sosial. Itu dikarenakan ia berusaha mencari sumber
kebahagiaan dan kasih sayang yang lain. Anak juga akan mencari perhatian dengan
cara berbuat hal yang tidak baik.
7.
Intelegensi
Intelegensi
atau tingkat kecerdasan juga mempengaruhi perilaku seseorang. Biasanya orang
yang memiliki keterbelakangan mental cenderung berbuat hal-hal yang menyimpang.
Sebaiknya jika orang tersebut cerdas, maka ia akan lebih mudah memahami
norma-norma yang berlaku di masyarakat.
8.
Ketegangan Antara Kebudayaan dan
Struktur Sosial
Terjadinya
ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat meyebabkan terjadinya
perilaku menyimpang. Ketegangan terjadi jika seseorang berupaya mencapai suatu
tujuan namun tidak memperoleh peluang sehingga ia akan mengupayakan
peluang itu sendiri dengan cara yang menyimpang. Contohnya adalah jika setiap
penguasa sama saja menindas rakyat maka rakyat akan berani memberontak terhadap
penguasa. Ada yang memberontak dengan cara perlawanan dan ada pula yang
terselubung seperti menunggak atau mempermainkan pajak.
9.
Ikatan Sosial yang Berlainan
Setiap orang
biasanya berhubungan dengan beberapa kelompok yang berbeda. Hubungan tersebut
akan membuat seseorang lama-kelamaan akan mengidentifikasikan diri dengan
kelompok yang paling dihargainya. Jika perilaku kelompok tersebut menyimpang,
maka kemungkinan besar ia juga terjerumus ke dalam penyimpangan sosial
tersebut.
10.
Proses Belajar yang Menyimpang
Seseorang yang terlalu
sering belajar dengan tokoh idolanya yang kerap melakukan hal yang menyimpang,
maka ia akan terjerumus dan terinspirasi untuk melakukan hal yang sama. Buku
yang isinya menyimpang juga dapat menjerumus seseorang.
11.
Sikap Mental
Sikap mental yang tidak
pernah malu membuat kesalahan juga menjadi pemicu seseorang berbuat hal yang
menyimpang. Jika sikap mental ini diarahkan ke hal yang positif, maka dia bisa
saja menjadi pemimpin yang hebat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
uraian di atas, maka kesimpulannya adalah:
1.
Faktor
penyebab seseorang kurang cerdas emosional antara lain : pola asuh orang tua,
temperamen, usia perkembangan kematangan emosi yang dimiliki
seseorang sejalan dengan pertambahan usianya, perubahan jasmani, perubahan
interaksi dengan teman sebaya, perubahan pandangan luar dan perubahan interaksi
dengan sekolah.
2.
Faktor
penyebab seseorang kurang cerdas sosial antara lain : kesenjangan sosial, nilai
dan norma yang terlalu longgar, lingkungan pergaulan, ketidakpuasan,
ketidaksanggupan menyerap norma-norma, keluarga, intelegensi, ketegangan antara
kebudayaan dan struktur sosial, ikatan sosial yang berlainan, proses belajar
yang menyimpang dan sikap mental.
B.
Saran
Berdasarkan uraian di atas,
maka penulis mempunyai beberapa saran antara lain :
1.
Diharapkan
guru-guru pendidikan anak usia dini dapat memahami perkembangan sosial dan
emosi anak sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
2.
Diperlukan
antusiasme guru dalam menangani sikap individu tentang perubahan dan
perkembangan sosial dan emosi anak.
DAFTAR
PUSTAKA
Dr. Darsita, M. (2012). Membaca dan Menilai Puisi . Ciputat: Adabia Press.
http://nurhay13.blogspot.co.id/2011/05/membaca-puisi-poetry-reading.html diakses pada Senin 20 Maret 2017 pukul 20.04 WIB
http://Chyeretty.
“ Menilai Puisi”. 20 Maret 2017 diakses pada Senin 20 Maret 2017
pukul 20.06 WIB
https://chyeretty.wordpress.com/esai-budaya-sastra-indonesia/menilai-puisi/ diakses
pada Senin 20 Maret 2017 pukul 20.09 WIB
http://berbahasa-bersastra.blogspot.co.id/2011/11/penilaian-pembacaan-puisi.html diakses
pada Senin 20 Maret 2017 pukul 20.11 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar