SALING
KETERGANTUNGAN ANTARA MANUSIA DAN LINGKUNGAN
Mata Kuliah
: Konsep Dasar Geografi dan Ilmu
Ekonomi
Dosen Pengampu :
Dra. Sridadi, M.Pd.
Oleh kelompok 2 :
1.
Wartilia
Desprananti A1G015015
2.
Uci
Fitriani A1G015017
3.
Irma
Nur Anisah A1G015021
4.
Windi
Wulandari A1G015023
5.
Muhamad
Afif A1G015025
6.
Febby
Intan Permata Sari A1G015033
7.
Oky
Hernawan A1G015045
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017
Puji syukur penulis
ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyususan makalah yang berjudul “Saling
Ketergantungan antara Manusia dan Lingkungan”.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk melengkapai salah
satu tugas mata kuliah Konsep dasar Geografi dan Ilmu Ekonomi serta untuk
menambah pengetahuan tentang kehidupan sosial di masyarakat. Atas tersusunnya
makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Dosen pengampu mata kuliah Konsep Dasar Geografi dan Ilmu
Ekonomi ibu Dra. Sridadi,M.Pd. yang telah membimbing
penulis dalam menyusun makalah ini.
2.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami serta para
pembaca.
Bengkulu, April 2017
Kelompok 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang................................................................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah........................................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Manusia
dan Lingkungan Hidup.................................................................................... 3
B. Masyarakat
dan Kebudayaan......................................................................................... 4
C. Konsep
Kebudayaan dalam Geografi............................................................................. 5
D. Environmentalism........................................................................................................... 6
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 9
B. Saran............................................................................................................................... 9
DATAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia pada awal sejarahnya telah
hidup di bumi dalam keselarasan alam yang sangat wajar. Berkat perkembangan
penalaran yang tidak terbatas dari manusia telah memungkinkan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadikannya dominan dalam lingkungan.
Akibat kemampuan manusia mengubah lingkungan alam menjadi lingkungan buatan,
maka terjadilah pergeseran dari lingkungan alam menjadi lingkungan buatan.
Manusia sedikit demi sedikit mulai menyesuaikan diri
dengan lingkungan hidupnya. Komunitas biologis di tempat mereka hidup.
Perubahan alam hidup manusia tampak jelas di kota-kota dibandingkan dengan
hutan rimba dimana penduduknya masih sedikit dan primitif.
Perubahan alam lingkungan hidup manusia akan membawa
pengaruh baik secara positif maupun negatif, berpengaruh bagi manusia karena
manusia mendapatkan keuntungan dari perubahan tersebut dan berpengaruh tidak
baik karena dapat mengurangi kemampuan alam lingkungan hidupnya untuk menyokong
kehidupannya.
Manusia dan lingkungan memiliki hubungan yang tidak
dapat terpisahkan. Manusia sangat bergantung pada lingkungan yang memberikan
sumberdaya alam untuk tetap bertahan hidup. Adanya keterbatasan daya dukung
(carrying capacity) lingkungan, menyebabkan manusia harus memperhatikan
kelestarian lingkungan agar fungsi-fungsi lingkungan dapat berjalan sehingga
dapat mendukung penghidupan berkelanjutan.
Membahas tentang manusia berarti membahas tentang
kehidupan sosial dan budayanya, tentang tatanan
nilai-nilai, peradaban, kebudayaan, lingkungan, sumber alam, dan segala aspek
yang menyangkut manusia dan lingkungannya secara menyeluruh.
Manusia
adalah mahluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang
tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan,
perkembangan, dan mati, dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi dengan
alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik baik itu positif
maupun negatif.
Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup tinggal, mencari, dan
memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik
dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang
memiliki peranan yang lebih kompleks dan riil.
Lingkungan amat penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada
lingkungan dapat dimanfaatankan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup
manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan
untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Lingkungan
memiliki hubungan dengan manusia. lingkungan mempengaruhi sikap dan perilaku
manusia, demikian pula kehidupan manusia akan mempengaruhi lingkungan tempat
hidupnya. Faktor lingkungan (tanah,iklim,topografi,sumber daya alam) dapat
menjadi pra kondisi bagi sifat dan perilaku manusia. Lingkungan menjadi salah
satu variabel yang mempengaruhi kehidupan manusia. Manusia pun dapat mempengaruhi
lingkungan demi kemajuan dan kesejahteraan hidupnya.
Perhatian
dan pengaruh manusia terhadap ligkungan makin meningkat pada zaman teknologi
maju. Masa ini manusia mengubah lingkungan hidup alami menjadi lingkungan hidup
binaan. Eksplotasi sumber daya alam makin meningkat untuk memenuhin bahan dasar
industri. Sebaliknya hasil industri berupa asap dan limbah mulai menurunkan
kualitas lingkungan hidup. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas
tentang saling ketergantungan manusia dengan lingkungannya.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang di atas, maka diperoleh
rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana ketergantungan manusia
dengan lingkungannya?
2.
Bagaimana konsep masyarakat dan
kebudayaan dalam geografi?
3.
Bagaimana pendekatan
environmentalism memandang aktivitas manusia diperngaruhi oleh lingkungan hidup?
C.
Tujuan
Dari rumusan
masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mendeskripsikan ketergantungan
manusia dengan lingkungannya.
2.
Mendeskripsikan konsep masyarakat
dan kebudayaan dalam geografi.
3.
Mendeskripsikan pendekatan
environmetalism memandang aktivitas manusia dipengaruhi oleh lingkungan hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Manusia
dan Lingkungan Hidup
Sejak
masa prasejarah nenek moyang kita sudah mampu berpikir sebagai mana umat
manusia saat ini, yang dikenal dengan nama homo
sapiens, yaitu penduduk yang mempunyai kemampuan merefleksikan bagaimana
dunia disekelilingnya mempengaruhi kehidupannya dalam sehari-hari. Mereka
mencoba menyembah roh, hantu, dan dewa-dewa yang mengontrol kekuatan alam.
Walaupun kita hidup saat ini nampaknya jauh mengalami perubahan dalam “hal
ketakutan” dan praktik-praktik “penyembahan”, kita juga harus mempertimbangkan
dengan keadaan alam. Seseorang akan berpikir bahwa ilmu pengetahuan akan mampu
menjelaskan secara rinci suatau pandangan tentang hubungan timbal balik antara,
manusia dan alam, tetapi dalam kenyataannya tidaklah demikian mudah untuk
dipahami.
Beberapa
ahli pengetahuan menyatakan bahwa teknik-teknik baru yang digunakan manusia
akan mampu mengintrol alam semesta serta meningkatkan kesejahteraan umat
manusia di masa mendatang. Penggunaan tenaga matahari atau nuklir, penambangan
bahan tambang di dasar laut, penggunaan air
conditioner di daerah tropis, pembuatan hujan buatan di daerah gurun, atau
membuat saluran irigasi yang berasal dari penyulingan air laut dan berbagai
penemuan lainnya yang membebaskan diri dari tirani kekuatan alam.sebaliknya
berbagai ahli lainnya berpendapat bahwa kita masih terikat dari campur tangan
manusia yang tidak arif dalam mengelola lingkungan mengakibatkan erosi tanah,
penipisan lapisan tanah, kelangkaan mineral, polusi air, udara dan tanah yang
tidak terkontrol akan menimbulkan kemerosotan tanah di masa mendatang.
Dalam
memahami karakter tempat, ahli geografi hatus mengetengahkan hubungan timbal
balik manusia dengan lingkungannya. Secara hakikat pemikiran kondisi geografik
menolak gagasan yang mengatakan lingkungan hidup mengontrol tindakan-tindakan
manusia. Menurut pemikiran geografi malah terjadi sebaliknya bahwa manusia
secara aktif adalha faktor dominan yang mampu memanipulasi dan memodifikasi
habitatnya (lingkungan sekitarnya). Walaupun demikian kita tidak bisa lepas
dari pengaruh lingkungan alam. Nampaknya penaklukan penaklukan manusia terhadap
alam yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan akan menimbulkan
malapetaka bagi kelangsungan hidup manusia. Hal ini menunjukkan bahwa manusia
tidak menyadari akan fungsinya terhadap lingkungan.
Sebagai
suatu gejala geologis umat manusia adalah relatif konstan, baik dipandang dari
segi ruang maupun waktu. Setiap manusia mempunyai kemampuan dan kebutuhan hidup
yang sama sejak ia dilahirkan. Di dalam perjalanannya, lingkungan hidup dan
Bumi mengalami perubahan-perubahan secara berangsur-angsur dan terus menerus
tetapi perbandingannya tetap konstan dalam waktu tetapi terjadi variasinya yang
semakin kompleks dalam ruang. Oleh karena itu, walaupun terjadi
pebedaan-perbedaan kepentingan hidup yang nampak diantara kelompok manusia
bukanlah sebagai suatu ancaman secara langsung pada lingkungan hidup yang
beranekaragam, tetapi akan berdampak positif jika setiap manusia menanggapi dan
menginterpretasi tempat di mana mereka hidup melalui cakrawala pandangan hidup
mereka yang selektif yaitu kebudayaanya. Sebagai contoh masyarakat Bali dalam
menjaga kelestarian lingkungannya. Sebagaiman waktu-waktu yang dilaluinya akan
mempengaruhi lingkungan alamnya sebaik mungkin, sehingga merupakan bagian
darinya. Dengan demikian terjadi persaingan atau salong melengkapi dari suatu
kesatuan antara dua kekuatan (manusia dan alam) yang saling bertantangan.
B.
Masyarakat
dan Kebudayaan
Istilah
masyarakat dan kebudayaan tidak dapat didefinisikan secara pasti dan mengandung
argumentasi yang tidak ada putus-putusnya. Suatu masyarakat adalah suatau
organisasi kelompok manusia secara individu memiliki suatu kebudayaan
tersendiri. Disinilah terjadi perubahan-perubahan isi atau kandungan pada
definisi kebudayaan. Barangkali yang paling sederhana dikatakan bahwa suatu
kebudayaan adalah suatu keseluruhan pandangan hidup suatu penduduk atau jika
seseorang menginginkan penekanan standar yang ideal daripada praktik maka ia
akan mengatakan kebudayaan adlah suatu desain penduduk bagi kehidupnnya. Isi
dari setiap kebudayaan terdiri dari sistem kepercayaan (ideologi), lembaga
sosial (organisasi), ketempilan indusrti dan peralatan (teknologi), dan
barang-barang yang dimiliki (sumber daya). Karakteristik susunan kebudayaan
secara eksplisit adalah sistem, standardisasi dari bentuk-bentuk tingkah laku
manusia, di mana setiap individu mengaku dirinya sabagai anggota dari
masyarakat.
Ahli
geografi Jerman Carl Ritter (1979-1859) yang sangat memperhatikan tentang
sejarah perkembangan kebudayaan umat manusia di pelbagai belahan dunia. Dia
berpendapat bahwa bumi sebagai sekolah bagi umat manusia, di tempat ini (bumi)
manusia akan mengalami perkembangan prilaku dari bangsa yang barbarian yang
sangat kejam menjadi bangsa yang beragama dan beradab. Perbedaan “wilayah alam”
(terutama dipengaruhi oleh bentang lahannya) menimbulkan hal yang khusus dalam
penentuan perkembangan kebudayaannya. Walaupun pendekatan teologi ini dianggap
asing bagi tatakrama ilmu pengetahuan modern. Semua kebudayaan memang berbeda
tetapi perbadaan-perbedaan pokok tersebut berasal dari variasi, tema yang
bersifat universal, misalnya: bahasa, religi, ekonomi, hukum, dan teknologi.
Karena di sini bersifat universal maka merupakan hal yang berfifat potensial
bagi interaksi di antara para penduduk. Bahasa yang merupakan alat komunikasi
antar manusia akan diadopsi atau suatu religi lain akan dipeluk, dan
pandangan-pandangan lain akan diikutio dan sebagainya. Kebudayaan yang satu
akan mempengaruhi kebudayaan yang lain, kebudayaan itu akan mengalami perubahan
terus-menerus, apakah adanya suatu invensi (penemuan baru) atau gagasan yang
berasal dari dalam atau tanpa pengaruh dari luar maka masyarakat harus
menerima, gagasan tersebut dan menjadi bagian dari kebudayaannya.
C.
Konsep
Kebudayaan dalam Geografi
Walaupun generasi ahli-ahli geografi
sebelumnya selalu menekankan bahwa lingkungan alam mengontrol aktivitas manusia,
tetapi mereka tidak pernah melupakan faktor budaya. Salah satu pendiri geografi
modern Alexander Van Humblodt (1760-1899) melalui pengetahuan dari hasil
studinya tentang kahan, iklim, dan vegetasi di Amerika Latin juga mencoba
membahas adanya perbedaan kebudayaan. Sebagai contoh dia mengatakan tidak ada
kegiatan orang Nomad mendiami di daerah padang rumput pada masa sebelum Columbus
menemukan Amerika.
Lebih jauh Humbolt menjelaskan bahwa ini
menggambarkan pengaruh habitat alam terhadap penduduknya. Sebagai contoh karena
iklim di Eropa lebih bervariasi daripada di Asia (sebagaimana pendapat
hipocratos) maka secara fisik orang Eropa lebih besar daripada orang-orang
Asia. Iklim di Eropa kurang ramah dan tidak menguntungkan sehingga mendorong
orang memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Berbeda sekali dengan iklim di Asia
dengan musim-musim yang seragam. Hal ini berpengaruh kepada sikap tindakan
penduduk Asia kurang mempunyai semangat untuk berjuang.
Aristoteles
mengulangi secara generalisasi tentang karakter nasional dan unsur politik.
Bngsa-bangsa yang bertempat tinggal di daerah bermusim dingin seperti Eropa
mempunyai semangat juang yang tinggi tetepi lemah dalam mengintelegensinya,dan
keterampilan sehingga mereka harus berjuang terus-menerus secara bebas
(demokrasi). Hal ini menimbulkan lemahnya organisasi politik dan kemampuannya
untuk mengatur rumah tangganya. Penduduk Asia di lain pihak mengintelegensinya
dan kemampuannya unggul dalam temperamen, tetapi tidak mempunyai semangat juang
yang tinggi, sehingga mereka terus menerus sebagai objek perbudakan. Sebaliknya
orang-orang Yunani mempunyai karakter keduanya, karena posisi tempat tinggal
mereka secara geografis di tengah-tengahnya.
Tema-tema
ini diulangi pada masa Renaissan dan sumbangan yang terbesar dilakukan oleh
ahli filsafat politik Perancis, yaitu Jean Blodin (1530-1596) beliau juga
menunjukkan bahwa perbedaan utama diantara penduduk di dunia adalah disebabkan
adanya tiga jalur musim. Zone utara adalah musim dingin menyebabkan keadaan
fisik penduduk kuat, tegap tetapi tipe mentalnya lambat, cenderung mempunyai
pemerintahan yang lebih demokratis. Zone musim panas yang terletak di sebelah
selatannya menyebabkan penduduk malas, pintar, tetapi politikmya pasif, dengan
demikian mereka lebih cocok hidup di bawah penjajahan. Di antara keduanya
terdapat zone yang hangat secara kondisi alam mereka mendapat keuntungan baik
dari segi keunggulan intelegensi dan dalam hal industri, serta didukung adanya
pemerintahan kerajaan yang stabil.
D.
ENVIRONMENTALISM
Dalam
geografi ada suatu pendekatan yang dikenal dengan environmentalisme, yang
berperan penting dalam difusi dan akulturasi kebudayaan. Paham ini melakukan
pondasi yang terpenting dalam pandangannya bahwa aktivitas manusia kondisinya
sedemikian kuat atau dipengaruhi oleh lingkungan hidup. Doktrin ini sangat
nyata diformulasikan pertama kali dalam buku yang berjudul “Air, Water, Places”
yang ditulis dari Hiprocrates. Buku ini merupakan hasil kerja yang ditulis oleh
ahli fisika pada abad kelima sebelum masehi. Isinya lebih mendekati dari sudut
medis dari pada geografi.
Ritter
telah mengumpulkan informasi fakta-fakta yang sedemikian banyaknya tentang
perbedaan wilayah di permukaan bumi. Selanjutnya ketika gagasan Darwin diadopsi
terhadap lingkungan, tidak semua ahli geografi mendukung pandangan ini.
Frederik Ratzel (1644-1904) seorang ahli geografi dan etnologi, beliau adalah
orang yang pertama kali meyakinkan terhadap kaum environments. Selanjutnya ia
memandang adanya kekurangan dalam argumentasi salah satu esainya ia menegaskan
posisi yang paling penting adalah faktor kebudayaan telah dideklarasikan,
sebagai berikut.
“Saya
memahami tentang awal sejarah New England tanpa mengetahui keadaan tentang
lahannya, tetapi tidak akan pernah dapat dilupakan pengetahuan tentang imigran
puritan dalam memahami kasus sejarah ini.”
Pendiri
geografi modern Paul Vidal de la Blache (1845-1918) sangat konsisten dengan pernyataannya
yang bertentangan dengan environmentalisme-determenisme. Menurutnya bumi bukan
mendikte tingkah laku manusia, bumi hanya menyediakan kesempatan-kesempatan
bagi umat manusia yang memilikinya, dan bagaimana mengusahakannya.
Hasil
karya penulis abad ke-19 seperti Montequieu (The Spirit of Law, 1748), Buffon
(Natural History of Man, 1749), dan Voltaire (Essay on The Customs and The
Spirit of Nation, 1756), menyatakan bahwa keadaan lingkungan alam berpengaruh
kepada manusia. Satu abad berikutnya, Henry Buckle menerapkan metode ilmu
pengetahuan alam pada sejarah. Dalam pandangannya iklim yang sejuk dan basah di
England mempunyai keuntungan yang sangat nyata dimana penduduk pekerja yang
sangat keras dan tekun. Kebalikannya musim-musim dingin yang gelap di
Skandinavia atau kering, musim-musim panas yang sangat panas di Spanyol
menyebabkan penduduk tidak bisa bekerja disepanjang tahun sehingga kehidupan
mereka tidak teratur dan penuh dengan kebimbangan.
Pada
akhir abad ke-19 teori evolusi melalui adaptasi terhadap lingkungannnya,
nampaknya mampu menjelaskan mengapa masyarakat manusia berkembang secara
individu. Ahli-ahli geografi selalu mendapatkan kesulitan untuk menentukan apa
penyebab ikatan yang kuat antara penduduk dengan tempat tinggalnya. Saat ini adaptasi
terhadap lingkungan fisik sebagai jawabannya atau sekurang-kurangnya faktor
adaptasi ini secara ilmiah, dapat dipertanggungjawabkan. Pada periode ini
penekanan-penekanan pada geografi telah berubah pada studi tempat tinggal ke
studi di lingkungan.
Di
Amerika Serikat masih berpegang pada paham environmental hingga akhir tahun
1920-an dan paham environmentalisme masih bertahan pada tingkat pendidikan di
Sekolah Dasar dan SLTP.
Kegagalan
environmental bukan pada isu yang dikembangkannya, yaitu bagaimana lingkungan
alam sekitar berpengaruh terhadap tindakan manusia, tetapi mereka
menyamaratakan generalisasi yang mereka gambarkan berdasarkan dari data-data
yang terpencar-pencar, serta diterimanya bukti-bukti yang bertentangan.
Definisi geografi dengan cara pandangnya yang sempit sebagai studi lingkungan
alam berpengaruh terhadap tindakan manusia, mereka mengkonsentrasikan pada
pembuktian doktrin daripada objektivitas dari data-data yang didapatkannya.
Tema yang paling menguntungkan adalah pengaruh iklim tehadap manusia.
Revolusi
industri pertama kali di Eropa Barat disebabkan karena adanya cuaca yang
variasi. Hal ini mendorong aktivitas mental masyarakatnya yang menyebabkan
kemajuan industri semakin pesat mengembangkan berbagai teknologi yang sesuai di
lingkungan masyarakat sekitarnya. Di samping itu kelahiran agama Yahudi, dan
Kristen moinoteisme sangat berkaitan dengan lingkungan, gurun, di mana
masyarakatnya mulai memberikan kebebasan demokrasi karena pengaruh tentang lahan dan iklim di
Yunani.
Ahli-ahli
geografi sangat berhati-hati terhadap keadaan lingkungan yang rumit, tetapi
sebenarnya penjelasannya sangat sederhana. Walaupun alasan-alasan tersebut
berasal dari lingkungan fisik berpengaruh terhadap manusia sangat nyata, tetapi
mereka sekarang mencoba menjawab bagaimana suatu masyarakat tertentu pertama
kali menanggapi lingkungan sekitarnya, dan mengeksploitasi sumber dayanya. Di
sinilah berkembang pandangan yang lebih canggih untuk memperbarui perhatiannya
terhadap penelitian faktor-faktor lingkungan alam lainnya secara utuh.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manusia
hidup memang tidak pernah terlepas dari lingkungan, baik lingkungan alam maupun
lingkungan sosial budaya. Keduanya saling merubah, berinteraksi, saling
mempengaruhi dan adanya hubungan timbal balik baik yang menguntungkan maupun
yang merugikan. Manusia bertindak sosial dengan cara memanfaatkan alam dan
lingkungan untuk menyempurnakan serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya demi
kelangsungan hidup sejenisnya.
Manusia mempunyai
pengaruh penting dalam kelangsungan ekosistem serta habitat manusia itu
sendiri, tindakan-tindakan yang diambil atau kebijakan-kebijakan tentang
hubungan dengan lingkungan akan berpengaruh bagi lingkungan dan manusia itu
sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwakita sebagai mahluk hidup harus dapat
menjaga dan merawat lingkungan karena sudah kita ketahui banyak bahaya yang
dapat terjadi apabila kita tidak merawat lingkungan.
Kemampuan
kita untuk menyadari hal tersebut akan menentukan bagaimana hubungan kita
sebagai manusia dan lingkungan kita. Hal ini memerlukan pembiasaan diri yang
dapat membuat kita menyadari hubungan manusia dengan lingkungan. Manusia
memiliki tugas untuk menjaga lingkungan demi menjaga kelansungan hidup manusia
itu sendiri dimasa akan datang.
B.
Saran
Manusia
perlu mengambil kebijakan-kebijakan terhadap lingkungan sebagai usaha untuk
memperoleh efisiensi pemanfaatan sumber alam dan lingkungan. Kita sebagai
manusia wajib menyadari bahwa kita saling terkait dengan lingkungan yang mengitari
kita. Kemampuan kita untuk menyadari hal tersebut akan menentukan bagaimana
hubungan kita sebagai manusia dan lingkungan kita. Hal ini memerlukan
pembiasaan diri yang dapat membuat kita menyadari hubungan manusia dengan
lingkungan.
Karena
manusia sangat berhungungan dengan lingkungan, oleh karena itu manusia harus
mampu menjaga dan melestarikan lingkungannya, selain itu manusia harus mampu
menjaga eksistensinya dalam sosialisasi dengan manusia lain di lingkungannya,
manusia juga memiliki problema dalam kehidupannya sehingga manusia dituntut
untuk mampu menangani problema tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Winataputra,
Udin S.2008.Materi dan Pembelajaran IPS
SD.Jakarta:Universitas Terbuka
http://ulilamrin.blogspot.co.id/2016/02/makalah-hubungan-manusia-dengan.html
diakses pada Selasa, 11 April 2017 pukul 18.02 WIB
http://rhyzka-oktaviani.blogspot.co.id/2013/02/saling-ketergantungan.html
diakses pada Selasa, 11 April 2017 pukul 18.05 WIB
https://ikifuturity.wordpress.com/2012/08/11/saling-ketergantungan-antara-manusia-dan-lingkungan/html
diakses pada Selasa, 11 April 2017 pukul 18.009 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar