Selasa, 04 Desember 2018

makalah saling ketergantungan antara manusia dan lingkungan


SALING KETERGANTUNGAN ANTARA MANUSIA DAN LINGKUNGAN
Mata Kuliah                : Konsep Dasar Geografi dan Ilmu Ekonomi
Dosen Pengampu        : Dra. Sridadi, M.Pd.
Description: logo unib (2).jpg
 







Oleh kelompok 2 :
1.         Wartilia Desprananti                      A1G015015
2.         Uci Fitriani                                     A1G015017
3.         Irma Nur Anisah                           A1G015021
4.         Windi Wulandari                            A1G015023
5.         Muhamad Afif                               A1G015025
6.         Febby Intan Permata Sari             A1G015033
7.         Oky Hernawan                               A1G015045


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017

 KATA PENGANTAR

Puji syukur  penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyususan makalah yang berjudul “Saling Ketergantungan antara Manusia dan Lingkungan”.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk melengkapai salah satu tugas mata kuliah Konsep dasar Geografi dan Ilmu Ekonomi serta untuk menambah pengetahuan tentang kehidupan sosial di masyarakat. Atas tersusunnya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.             Dosen pengampu mata kuliah Konsep Dasar Geografi dan Ilmu Ekonomi  ibu  Dra. Sridadi,M.Pd. yang telah membimbing penulis dalam menyusun makalah ini.
2.             Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa makalah  ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami serta para pembaca.

                                                                                                Bengkulu,     April 2017


           Kelompok 2









DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I  PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang................................................................................................................ 1
B.  Rumusan Masalah........................................................................................................... 2
C.  Tujuan............................................................................................................................. 2
BAB II  PEMBAHASAN
A.  Manusia dan Lingkungan Hidup.................................................................................... 3
B.  Masyarakat dan Kebudayaan......................................................................................... 4
C.  Konsep Kebudayaan dalam Geografi............................................................................. 5
D.  Environmentalism........................................................................................................... 6
BAB III  KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan..................................................................................................................... 9
B.  Saran............................................................................................................................... 9
DATAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
 Manusia pada awal sejarahnya telah hidup di bumi dalam keselarasan alam yang sangat wajar. Berkat perkembangan penalaran yang tidak terbatas dari manusia telah memungkinkan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadikannya dominan dalam lingkungan. Akibat kemampuan manusia mengubah lingkungan alam menjadi lingkungan buatan, maka terjadilah pergeseran dari lingkungan alam menjadi lingkungan buatan.
Manusia sedikit demi sedikit mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Komunitas biologis di tempat mereka hidup. Perubahan alam hidup manusia tampak jelas di kota-kota dibandingkan dengan hutan rimba dimana penduduknya masih sedikit dan primitif.
Perubahan alam lingkungan hidup manusia akan membawa pengaruh baik secara positif maupun negatif, berpengaruh bagi manusia karena manusia mendapatkan keuntungan dari perubahan tersebut dan berpengaruh tidak baik karena dapat mengurangi kemampuan alam lingkungan hidupnya untuk menyokong kehidupannya.
Manusia dan lingkungan memiliki hubungan yang tidak dapat terpisahkan. Manusia sangat bergantung pada lingkungan yang memberikan sumberdaya alam untuk tetap bertahan hidup. Adanya keterbatasan daya dukung (carrying capacity) lingkungan, menyebabkan manusia harus memperhatikan kelestarian lingkungan agar fungsi-fungsi lingkungan dapat berjalan sehingga dapat mendukung penghidupan berkelanjutan.
Membahas tentang manusia berarti membahas tentang kehidupan sosial dan budayanya, tentang tatanan nilai-nilai, peradaban, kebudayaan, lingkungan, sumber alam, dan segala aspek yang menyangkut manusia dan lingkungannya secara menyeluruh.
Manusia adalah mahluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, dan mati, dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik baik itu positif maupun negatif.
Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup tinggal, mencari, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks dan riil.
Lingkungan amat penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatankan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Lingkungan memiliki hubungan dengan manusia. lingkungan mempengaruhi sikap dan perilaku manusia, demikian pula kehidupan manusia akan mempengaruhi lingkungan tempat hidupnya. Faktor lingkungan (tanah,iklim,topografi,sumber daya alam) dapat menjadi pra kondisi bagi sifat dan perilaku manusia. Lingkungan menjadi salah satu variabel yang mempengaruhi kehidupan manusia. Manusia pun dapat mempengaruhi lingkungan demi kemajuan dan kesejahteraan hidupnya.
Perhatian dan pengaruh manusia terhadap ligkungan makin meningkat pada zaman teknologi maju. Masa ini manusia mengubah lingkungan hidup alami menjadi lingkungan hidup binaan. Eksplotasi sumber daya alam makin meningkat untuk memenuhin bahan dasar industri. Sebaliknya hasil industri berupa asap dan limbah mulai menurunkan kualitas lingkungan hidup. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas tentang saling ketergantungan manusia dengan lingkungannya.
B.            Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1.             Bagaimana ketergantungan manusia dengan lingkungannya?
2.             Bagaimana konsep masyarakat dan kebudayaan dalam geografi?
3.             Bagaimana pendekatan environmentalism memandang aktivitas manusia diperngaruhi oleh lingkungan hidup?
C.           Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.             Mendeskripsikan ketergantungan manusia dengan lingkungannya.
2.             Mendeskripsikan konsep masyarakat dan kebudayaan dalam geografi.
3.             Mendeskripsikan pendekatan environmetalism memandang aktivitas manusia dipengaruhi oleh lingkungan hidup.






BAB II
PEMBAHASAN

A.           Manusia dan Lingkungan Hidup
Sejak masa prasejarah nenek moyang kita sudah mampu berpikir sebagai mana umat manusia saat ini, yang dikenal dengan nama homo sapiens, yaitu penduduk yang mempunyai kemampuan merefleksikan bagaimana dunia disekelilingnya mempengaruhi kehidupannya dalam sehari-hari. Mereka mencoba menyembah roh, hantu, dan dewa-dewa yang mengontrol kekuatan alam. Walaupun kita hidup saat ini nampaknya jauh mengalami perubahan dalam “hal ketakutan” dan praktik-praktik “penyembahan”, kita juga harus mempertimbangkan dengan keadaan alam. Seseorang akan berpikir bahwa ilmu pengetahuan akan mampu menjelaskan secara rinci suatau pandangan tentang hubungan timbal balik antara, manusia dan alam, tetapi dalam kenyataannya tidaklah demikian mudah untuk dipahami.
Beberapa ahli pengetahuan menyatakan bahwa teknik-teknik baru yang digunakan manusia akan mampu mengintrol alam semesta serta meningkatkan kesejahteraan umat manusia di masa mendatang. Penggunaan tenaga matahari atau nuklir, penambangan bahan tambang di dasar laut, penggunaan air conditioner di daerah tropis, pembuatan hujan buatan di daerah gurun, atau membuat saluran irigasi yang berasal dari penyulingan air laut dan berbagai penemuan lainnya yang membebaskan diri dari tirani kekuatan alam.sebaliknya berbagai ahli lainnya berpendapat bahwa kita masih terikat dari campur tangan manusia yang tidak arif dalam mengelola lingkungan mengakibatkan erosi tanah, penipisan lapisan tanah, kelangkaan mineral, polusi air, udara dan tanah yang tidak terkontrol akan menimbulkan kemerosotan tanah di masa mendatang.
Dalam memahami karakter tempat, ahli geografi hatus mengetengahkan hubungan timbal balik manusia dengan lingkungannya. Secara hakikat pemikiran kondisi geografik menolak gagasan yang mengatakan lingkungan hidup mengontrol tindakan-tindakan manusia. Menurut pemikiran geografi malah terjadi sebaliknya bahwa manusia secara aktif adalha faktor dominan yang mampu memanipulasi dan memodifikasi habitatnya (lingkungan sekitarnya). Walaupun demikian kita tidak bisa lepas dari pengaruh lingkungan alam. Nampaknya penaklukan penaklukan manusia terhadap alam yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan akan menimbulkan malapetaka bagi kelangsungan hidup manusia. Hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak menyadari akan fungsinya terhadap lingkungan.
Sebagai suatu gejala geologis umat manusia adalah relatif konstan, baik dipandang dari segi ruang maupun waktu. Setiap manusia mempunyai kemampuan dan kebutuhan hidup yang sama sejak ia dilahirkan. Di dalam perjalanannya, lingkungan hidup dan Bumi mengalami perubahan-perubahan secara berangsur-angsur dan terus menerus tetapi perbandingannya tetap konstan dalam waktu tetapi terjadi variasinya yang semakin kompleks dalam ruang. Oleh karena itu, walaupun terjadi pebedaan-perbedaan kepentingan hidup yang nampak diantara kelompok manusia bukanlah sebagai suatu ancaman secara langsung pada lingkungan hidup yang beranekaragam, tetapi akan berdampak positif jika setiap manusia menanggapi dan menginterpretasi tempat di mana mereka hidup melalui cakrawala pandangan hidup mereka yang selektif yaitu kebudayaanya. Sebagai contoh masyarakat Bali dalam menjaga kelestarian lingkungannya. Sebagaiman waktu-waktu yang dilaluinya akan mempengaruhi lingkungan alamnya sebaik mungkin, sehingga merupakan bagian darinya. Dengan demikian terjadi persaingan atau salong melengkapi dari suatu kesatuan antara dua kekuatan (manusia dan alam) yang saling bertantangan.
B.            Masyarakat dan Kebudayaan
Istilah masyarakat dan kebudayaan tidak dapat didefinisikan secara pasti dan mengandung argumentasi yang tidak ada putus-putusnya. Suatu masyarakat adalah suatau organisasi kelompok manusia secara individu memiliki suatu kebudayaan tersendiri. Disinilah terjadi perubahan-perubahan isi atau kandungan pada definisi kebudayaan. Barangkali yang paling sederhana dikatakan bahwa suatu kebudayaan adalah suatu keseluruhan pandangan hidup suatu penduduk atau jika seseorang menginginkan penekanan standar yang ideal daripada praktik maka ia akan mengatakan kebudayaan adlah suatu desain penduduk bagi kehidupnnya. Isi dari setiap kebudayaan terdiri dari sistem kepercayaan (ideologi), lembaga sosial (organisasi), ketempilan indusrti dan peralatan (teknologi), dan barang-barang yang dimiliki (sumber daya). Karakteristik susunan kebudayaan secara eksplisit adalah sistem, standardisasi dari bentuk-bentuk tingkah laku manusia, di mana setiap individu mengaku dirinya sabagai anggota dari masyarakat.
Ahli geografi Jerman Carl Ritter (1979-1859) yang sangat memperhatikan tentang sejarah perkembangan kebudayaan umat manusia di pelbagai belahan dunia. Dia berpendapat bahwa bumi sebagai sekolah bagi umat manusia, di tempat ini (bumi) manusia akan mengalami perkembangan prilaku dari bangsa yang barbarian yang sangat kejam menjadi bangsa yang beragama dan beradab. Perbedaan “wilayah alam” (terutama dipengaruhi oleh bentang lahannya) menimbulkan hal yang khusus dalam penentuan perkembangan kebudayaannya. Walaupun pendekatan teologi ini dianggap asing bagi tatakrama ilmu pengetahuan modern. Semua kebudayaan memang berbeda tetapi perbadaan-perbedaan pokok tersebut berasal dari variasi, tema yang bersifat universal, misalnya: bahasa, religi, ekonomi, hukum, dan teknologi. Karena di sini bersifat universal maka merupakan hal yang berfifat potensial bagi interaksi di antara para penduduk. Bahasa yang merupakan alat komunikasi antar manusia akan diadopsi atau suatu religi lain akan dipeluk, dan pandangan-pandangan lain akan diikutio dan sebagainya. Kebudayaan yang satu akan mempengaruhi kebudayaan yang lain, kebudayaan itu akan mengalami perubahan terus-menerus, apakah adanya suatu invensi (penemuan baru) atau gagasan yang berasal dari dalam atau tanpa pengaruh dari luar maka masyarakat harus menerima, gagasan tersebut dan menjadi bagian dari kebudayaannya.
C.           Konsep Kebudayaan dalam Geografi
   Walaupun generasi ahli-ahli geografi sebelumnya selalu menekankan bahwa lingkungan alam mengontrol aktivitas manusia, tetapi mereka tidak pernah melupakan faktor budaya. Salah satu pendiri geografi modern Alexander Van Humblodt (1760-1899) melalui pengetahuan dari hasil studinya tentang kahan, iklim, dan vegetasi di Amerika Latin juga mencoba membahas adanya perbedaan kebudayaan. Sebagai contoh dia mengatakan tidak ada kegiatan orang Nomad mendiami di daerah padang rumput pada masa sebelum Columbus menemukan Amerika.
   Lebih jauh Humbolt menjelaskan bahwa ini menggambarkan pengaruh habitat alam terhadap penduduknya. Sebagai contoh karena iklim di Eropa lebih bervariasi daripada di Asia (sebagaimana pendapat hipocratos) maka secara fisik orang Eropa lebih besar daripada orang-orang Asia. Iklim di Eropa kurang ramah dan tidak menguntungkan sehingga mendorong orang memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Berbeda sekali dengan iklim di Asia dengan musim-musim yang seragam. Hal ini berpengaruh kepada sikap tindakan penduduk Asia kurang mempunyai semangat untuk berjuang.
Aristoteles mengulangi secara generalisasi tentang karakter nasional dan unsur politik. Bngsa-bangsa yang bertempat tinggal di daerah bermusim dingin seperti Eropa mempunyai semangat juang yang tinggi tetepi lemah dalam mengintelegensinya,dan keterampilan sehingga mereka harus berjuang terus-menerus secara bebas (demokrasi). Hal ini menimbulkan lemahnya organisasi politik dan kemampuannya untuk mengatur rumah tangganya. Penduduk Asia di lain pihak mengintelegensinya dan kemampuannya unggul dalam temperamen, tetapi tidak mempunyai semangat juang yang tinggi, sehingga mereka terus menerus sebagai objek perbudakan. Sebaliknya orang-orang Yunani mempunyai karakter keduanya, karena posisi tempat tinggal mereka secara geografis di tengah-tengahnya.
Tema-tema ini diulangi pada masa Renaissan dan sumbangan yang terbesar dilakukan oleh ahli filsafat politik Perancis, yaitu Jean Blodin (1530-1596) beliau juga menunjukkan bahwa perbedaan utama diantara penduduk di dunia adalah disebabkan adanya tiga jalur musim. Zone utara adalah musim dingin menyebabkan keadaan fisik penduduk kuat, tegap tetapi tipe mentalnya lambat, cenderung mempunyai pemerintahan yang lebih demokratis. Zone musim panas yang terletak di sebelah selatannya menyebabkan penduduk malas, pintar, tetapi politikmya pasif, dengan demikian mereka lebih cocok hidup di bawah penjajahan. Di antara keduanya terdapat zone yang hangat secara kondisi alam mereka mendapat keuntungan baik dari segi keunggulan intelegensi dan dalam hal industri, serta didukung adanya pemerintahan kerajaan yang stabil.
D.           ENVIRONMENTALISM
Dalam geografi ada suatu pendekatan yang dikenal dengan environmentalisme, yang berperan penting dalam difusi dan akulturasi kebudayaan. Paham ini melakukan pondasi yang terpenting dalam pandangannya bahwa aktivitas manusia kondisinya sedemikian kuat atau dipengaruhi oleh lingkungan hidup. Doktrin ini sangat nyata diformulasikan pertama kali dalam buku yang berjudul “Air, Water, Places” yang ditulis dari Hiprocrates. Buku ini merupakan hasil kerja yang ditulis oleh ahli fisika pada abad kelima sebelum masehi. Isinya lebih mendekati dari sudut medis dari pada geografi.
Ritter telah mengumpulkan informasi fakta-fakta yang sedemikian banyaknya tentang perbedaan wilayah di permukaan bumi. Selanjutnya ketika gagasan Darwin diadopsi terhadap lingkungan, tidak semua ahli geografi mendukung pandangan ini. Frederik Ratzel (1644-1904) seorang ahli geografi dan etnologi, beliau adalah orang yang pertama kali meyakinkan terhadap kaum environments. Selanjutnya ia memandang adanya kekurangan dalam argumentasi salah satu esainya ia menegaskan posisi yang paling penting adalah faktor kebudayaan telah dideklarasikan, sebagai berikut.
“Saya memahami tentang awal sejarah New England tanpa mengetahui keadaan tentang lahannya, tetapi tidak akan pernah dapat dilupakan pengetahuan tentang imigran puritan dalam memahami kasus sejarah ini.”
Pendiri geografi modern Paul Vidal de la Blache (1845-1918) sangat konsisten dengan pernyataannya yang bertentangan dengan environmentalisme-determenisme. Menurutnya bumi bukan mendikte tingkah laku manusia, bumi hanya menyediakan kesempatan-kesempatan bagi umat manusia yang memilikinya, dan bagaimana mengusahakannya.
Hasil karya penulis abad ke-19 seperti Montequieu (The Spirit of Law, 1748), Buffon (Natural History of Man, 1749), dan Voltaire (Essay on The Customs and The Spirit of Nation, 1756), menyatakan bahwa keadaan lingkungan alam berpengaruh kepada manusia. Satu abad berikutnya, Henry Buckle menerapkan metode ilmu pengetahuan alam pada sejarah. Dalam pandangannya iklim yang sejuk dan basah di England mempunyai keuntungan yang sangat nyata dimana penduduk pekerja yang sangat keras dan tekun. Kebalikannya musim-musim dingin yang gelap di Skandinavia atau kering, musim-musim panas yang sangat panas di Spanyol menyebabkan penduduk tidak bisa bekerja disepanjang tahun sehingga kehidupan mereka tidak teratur dan penuh dengan kebimbangan.
Pada akhir abad ke-19 teori evolusi melalui adaptasi terhadap lingkungannnya, nampaknya mampu menjelaskan mengapa masyarakat manusia berkembang secara individu. Ahli-ahli geografi selalu mendapatkan kesulitan untuk menentukan apa penyebab ikatan yang kuat antara penduduk dengan tempat tinggalnya. Saat ini adaptasi terhadap lingkungan fisik sebagai jawabannya atau sekurang-kurangnya faktor adaptasi ini secara ilmiah, dapat dipertanggungjawabkan. Pada periode ini penekanan-penekanan pada geografi telah berubah pada studi tempat tinggal ke studi di lingkungan.
Di Amerika Serikat masih berpegang pada paham environmental hingga akhir tahun 1920-an dan paham environmentalisme masih bertahan pada tingkat pendidikan di Sekolah Dasar dan SLTP.
Kegagalan environmental bukan pada isu yang dikembangkannya, yaitu bagaimana lingkungan alam sekitar berpengaruh terhadap tindakan manusia, tetapi mereka menyamaratakan generalisasi yang mereka gambarkan berdasarkan dari data-data yang terpencar-pencar, serta diterimanya bukti-bukti yang bertentangan. Definisi geografi dengan cara pandangnya yang sempit sebagai studi lingkungan alam berpengaruh terhadap tindakan manusia, mereka mengkonsentrasikan pada pembuktian doktrin daripada objektivitas dari data-data yang didapatkannya. Tema yang paling menguntungkan adalah pengaruh iklim tehadap manusia.
Revolusi industri pertama kali di Eropa Barat disebabkan karena adanya cuaca yang variasi. Hal ini mendorong aktivitas mental masyarakatnya yang menyebabkan kemajuan industri semakin pesat mengembangkan berbagai teknologi yang sesuai di lingkungan masyarakat sekitarnya. Di samping itu kelahiran agama Yahudi, dan Kristen moinoteisme sangat berkaitan dengan lingkungan, gurun, di mana masyarakatnya mulai memberikan kebebasan demokrasi  karena pengaruh tentang lahan dan iklim di Yunani.
Ahli-ahli geografi sangat berhati-hati terhadap keadaan lingkungan yang rumit, tetapi sebenarnya penjelasannya sangat sederhana. Walaupun alasan-alasan tersebut berasal dari lingkungan fisik berpengaruh terhadap manusia sangat nyata, tetapi mereka sekarang mencoba menjawab bagaimana suatu masyarakat tertentu pertama kali menanggapi lingkungan sekitarnya, dan mengeksploitasi sumber dayanya. Di sinilah berkembang pandangan yang lebih canggih untuk memperbarui perhatiannya terhadap penelitian faktor-faktor lingkungan alam lainnya secara utuh.























BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
 Manusia hidup memang tidak pernah terlepas dari lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya. Keduanya saling merubah, berinteraksi, saling mempengaruhi dan adanya hubungan timbal balik baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Manusia bertindak sosial dengan cara memanfaatkan alam dan lingkungan untuk menyempurnakan serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya demi kelangsungan hidup sejenisnya.
Manusia mempunyai pengaruh penting dalam kelangsungan ekosistem serta habitat manusia itu sendiri, tindakan-tindakan yang diambil atau kebijakan-kebijakan tentang hubungan dengan lingkungan akan berpengaruh bagi lingkungan dan manusia itu sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwakita sebagai mahluk hidup harus dapat menjaga dan merawat lingkungan karena sudah kita ketahui banyak bahaya yang dapat terjadi apabila kita tidak merawat lingkungan.
Kemampuan kita untuk menyadari hal tersebut akan menentukan bagaimana hubungan kita sebagai manusia dan lingkungan kita. Hal ini memerlukan pembiasaan diri yang dapat membuat kita menyadari hubungan manusia dengan lingkungan. Manusia memiliki tugas untuk menjaga lingkungan demi menjaga kelansungan hidup manusia itu sendiri dimasa akan datang.
B.            Saran
Manusia perlu mengambil kebijakan-kebijakan terhadap lingkungan sebagai usaha untuk memperoleh efisiensi pemanfaatan sumber alam dan lingkungan. Kita sebagai manusia wajib menyadari bahwa kita saling terkait dengan lingkungan yang mengitari kita. Kemampuan kita untuk menyadari hal tersebut akan menentukan bagaimana hubungan kita sebagai manusia dan lingkungan kita. Hal ini memerlukan pembiasaan diri yang dapat membuat kita menyadari hubungan manusia dengan lingkungan.
Karena manusia sangat berhungungan dengan lingkungan, oleh karena itu manusia harus mampu menjaga dan melestarikan lingkungannya, selain itu manusia harus mampu menjaga eksistensinya dalam sosialisasi dengan manusia lain di lingkungannya, manusia juga memiliki problema dalam kehidupannya sehingga manusia dituntut untuk mampu menangani problema tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
Winataputra, Udin S.2008.Materi dan Pembelajaran IPS SD.Jakarta:Universitas Terbuka
http://ulilamrin.blogspot.co.id/2016/02/makalah-hubungan-manusia-dengan.html diakses pada Selasa, 11 April 2017 pukul 18.02 WIB
http://rhyzka-oktaviani.blogspot.co.id/2013/02/saling-ketergantungan.html diakses pada Selasa, 11 April 2017 pukul 18.05 WIB



Tidak ada komentar:

Posting Komentar